salam

instagram : @i_d_h_o

Sunday, January 27, 2013

Titik-titikmu..


     Entah itu pagi atau senja. Makna kehidupan itu. Dalam detik yang menjadi titik menyambung menjadi fragmen kehidupan.  hendak berlalu geliat yang katanya resah namun lebih dulu terhanyut lelah.
Katanya semua melebur dalam sepinya nyayian waktu.
Ku ingin bertanya, “apakah engkau percaya aku mampu menghapus sepimu?”.
namun ku tepis pertanyaan itu. Aku tak pantas berucap dalam fragmen kala itu.

Kau menyambung  ucap dengan hati yang kesepian seperti kebanyakan insan di tepi mimpi. Berangan kesetiaan senyum menempel dalam titik-tiktik hidupmu. Namun aku tahu selalu terusik celotah para ‘yang kita sebut nyata’.


Detik itu aku berada dalam persetubuhanku bersama alam. Ku simpan hari untuk aku berpikir dahulu. Aku lebih takut mengecewakanmu dengan ucap-ucapku yang tak penting.
lambang-lambang tak tentu dari hidup di hari lampu ku biarkan berserakan terbalik tak menghadap padaku untuk membantumu memberi pandangan bijak untuk rinai sepi di ‘yang katanya kau sebut sepi’.
namun yang kutemukan adalah kepalsuanmu. Yakinku belum pasti. Terus ku hempas diriku pada titik yang tak bersudut. Untuk ku tenggelamkan diriku dalam rasamu. Namun aku telah yakin ku temukan kepalsuanku juga.

kepalsuanku, kepalsuanmu
kepalsuanku yang terperangkap
kepalsuanmu yang tak kau sadari, namun terlihat jelas di matamu.
kepalsuan kita adalah kepalsuan tak berujung.

Kepalsuanku ..
 pada ketulusan.. pada waktu.. pada kesendirian
Kepalsuanmu..
 pada kejujuran.. pada setia.. pada keramaian
Terencana tapi melewati garis kemampuan.. terlihat dari tatapan kosong..
ku katakan itu tak ternilai hari ini.. namun jadi nilai ketika tersadarkan..

Gemuruh hati engkau ungkap pada pikiranku yang berada d ititik kering
pekat kehidupan terus kau bicarakan. Kau ungkap kali ini resah yang berlabuh di pesanggrahan nurani yang menjadi khatulistiwa keindahan jiwa.
Luka yang kulihat dahulu yang aku kira hanya lahir cemasku kini hampir nyata. mulai menikam dengan bahasa-bahasa lelah dan bencimu. Merintih aku karenanya. Aku harap itu tak nyata. Tapi telah kau ungkap hingga tak tahu harus ku berkata apa. Tiba-tiba untaian kata kau lontarkan setelah semua pecah dari kolamnya.

Aku berpikir dengan hati, jiwa, dan nurani yang ku punya. Bersama doa dan harap “akankah keindahan akan terus bersamamu.. Semoga..” dan hari ini ku biarkan berlalu untuk tidurmu..

setelah kubiarkan malam berlalu dengan lelahku dan semua mulai berpamitan pada gelap. Kini berjalan  bersama harap menjemput pagi. Di tempat lain, fajar telah menunggu dengan senyum.

dengan kebermaknaan keluh kesah tentang resahmu. kini ia merayuku dengan keletihan untuk memikirkannya. aku  tak berani memalingkan muka karena rautnya terlihat buram. Inilah yang membuat manusia kembali berpikir tentang waktu. tapi aku, tak peduli.. ku bungkus rapat-rapat namun tetap juga tak bisa ku tahan untuk ku ikut sertakan.. yaitu sejarahku bersamamu. aku tersentak,  aku kini kembali berada di hari yang terlewati tapi kali ini engkau ikut bersamaku. Aku bagai pemandu sejarah.
tak ingin tenggelam segera ku cari apa yang hilang. aku mendapatkannya tapi sulit ku ungkap dalam bahasa titik. Kini aku harus memberimu petunjuk, bukan lagi gambaran langsung. Itu semua karena ketakpantasanku. Dan kini sebenarnya telah berdiri kokoh dihadapan kita setiap hikmahnya yang meniscayakan senyum bahagia. hari itu adalah titik di mana kita semestinya mengkaji  setiap tepi cerita dari fragmen-fragmen hidup itu.

“Tuhan .. terima kasihku ku ungkap dalam rindu yang telah engkau buahkan dalam bentuk yang lain. Dialah seseorang yang ku cinta, namun gagal untuk ku kasihi. Engkau mengganti dan memberi apa yang aku butuhkan.”

Harapku padamu wahai yang telah mengajakku berpikir, “jangan hembuskan isyarat kepasrahan lagi teruslah tempuh perjalanan bersama mimpi yang kau dambakan, JADILAH SEPERTI APA YANG ENGKAU INGINKAN, KARENA HIDUP HANYA SEKALI”

Aku pun tak akan berhenti mengejar hari
wahai yang mengajakku berpikir. mari membelai gelombang hidup hingga air mata kita tak kan sia-sia
untuk terus mengalir membasahi keringnya cadas dunia.
engkaulah pelabuhan harapan tempat jiwaku pernah bersandar..


pikirkan detik yang baru saja berlalu karena setiap fragmen hidup ini memiliki banyak makna indah yang kadang terlupakan. Mungkin engkau tanpa sengaja meninggalkan penggalan dirimu yang penting ataukah mungkin saja yang ada hanya makna ketakbermaknaan itu.  bebaskan diriku, dirimu dan diri mereka dari belenggu picik nurani yang terkungkung dalam dimensi kegelapan hati yang digombali pesona-pesona buram, hingga kita melampaui batas-batas kepedihan.

begitulah kesendirianmu kini telah terhempas, semoga terganti bersama tawa darimu dan dari orang-orang yang mencintaimu yang kini telah menjemput dengan senyuman manis. jagalah segala yang seharusnya kau jaga karena dia yang telah mengakhiri kesendirianmu, adalah harapan dari hari-harimu yang selalu indah. Ketika engkau tersungkur kembali, ku sarankan kembali ke hari itu Karena setitik harapan yang masih tersisa di sana belum kau ambil. dalam kecemerlangan, dalam keabadian, dalam kebeningan sehingga hanya mengalir bersama senyum,

                  ........bersama tawa hingga terdengar gemercik air kemurnian cerita.

Untukmu wahai yang membuatku kembali berfikir..!!

(Makassar, ahad/27-januari-2013)

No comments:

Post a Comment