Entah itu pagi atau senja. Makna kehidupan
itu. Dalam detik yang menjadi titik menyambung menjadi fragmen kehidupan. hendak berlalu geliat yang katanya resah
namun lebih dulu terhanyut lelah.
Katanya
semua melebur dalam sepinya nyayian waktu.
Ku
ingin bertanya, “apakah engkau percaya aku mampu menghapus sepimu?”.
namun ku tepis pertanyaan itu. Aku tak pantas berucap dalam fragmen kala itu.
namun ku tepis pertanyaan itu. Aku tak pantas berucap dalam fragmen kala itu.
Kau
menyambung ucap dengan hati yang
kesepian seperti kebanyakan insan di tepi mimpi. Berangan kesetiaan senyum menempel
dalam titik-tiktik hidupmu. Namun aku tahu selalu terusik celotah para ‘yang
kita sebut nyata’.
Detik
itu aku berada dalam persetubuhanku bersama alam. Ku simpan hari untuk aku
berpikir dahulu. Aku lebih takut mengecewakanmu dengan ucap-ucapku yang tak
penting.
lambang-lambang tak tentu dari hidup di hari lampu ku biarkan berserakan terbalik tak menghadap padaku untuk membantumu memberi pandangan bijak untuk rinai sepi di ‘yang katanya kau sebut sepi’.
namun yang kutemukan adalah kepalsuanmu. Yakinku belum pasti. Terus ku hempas diriku pada titik yang tak bersudut. Untuk ku tenggelamkan diriku dalam rasamu. Namun aku telah yakin ku temukan kepalsuanku juga.
lambang-lambang tak tentu dari hidup di hari lampu ku biarkan berserakan terbalik tak menghadap padaku untuk membantumu memberi pandangan bijak untuk rinai sepi di ‘yang katanya kau sebut sepi’.
namun yang kutemukan adalah kepalsuanmu. Yakinku belum pasti. Terus ku hempas diriku pada titik yang tak bersudut. Untuk ku tenggelamkan diriku dalam rasamu. Namun aku telah yakin ku temukan kepalsuanku juga.
kepalsuanku, kepalsuanmu
kepalsuanku
yang terperangkap
kepalsuanmu
yang tak kau sadari, namun terlihat jelas di matamu.
kepalsuan
kita adalah kepalsuan tak berujung.
Kepalsuanku
..
pada ketulusan.. pada waktu.. pada kesendirian
Kepalsuanmu..
pada kejujuran.. pada setia.. pada keramaian
Terencana
tapi melewati garis kemampuan.. terlihat dari tatapan kosong..
ku katakan itu tak ternilai hari ini.. namun jadi nilai ketika tersadarkan..
ku katakan itu tak ternilai hari ini.. namun jadi nilai ketika tersadarkan..
Gemuruh
hati engkau ungkap pada pikiranku yang berada d ititik kering
pekat
kehidupan terus kau bicarakan. Kau ungkap kali ini resah yang berlabuh di
pesanggrahan nurani yang menjadi khatulistiwa keindahan jiwa.
Luka
yang kulihat dahulu yang aku kira hanya lahir cemasku kini hampir nyata. mulai
menikam dengan bahasa-bahasa lelah dan bencimu. Merintih aku karenanya. Aku
harap itu tak nyata. Tapi telah kau ungkap hingga tak tahu harus ku berkata
apa. Tiba-tiba untaian kata kau lontarkan setelah semua pecah dari kolamnya.
Aku
berpikir dengan hati, jiwa, dan nurani yang ku punya. Bersama doa dan harap “akankah
keindahan akan terus bersamamu.. Semoga..” dan hari ini ku biarkan berlalu
untuk tidurmu..
setelah
kubiarkan malam berlalu dengan lelahku dan semua mulai berpamitan pada gelap.
Kini berjalan bersama harap menjemput
pagi. Di tempat lain, fajar telah menunggu dengan senyum.
dengan
kebermaknaan keluh kesah tentang resahmu. kini ia merayuku dengan keletihan
untuk memikirkannya. aku tak berani
memalingkan muka karena rautnya terlihat buram. Inilah yang membuat manusia
kembali berpikir tentang waktu. tapi aku, tak peduli.. ku bungkus rapat-rapat
namun tetap juga tak bisa ku tahan untuk ku ikut sertakan.. yaitu sejarahku
bersamamu. aku tersentak, aku kini
kembali berada di hari yang terlewati tapi kali ini engkau ikut bersamaku. Aku
bagai pemandu sejarah.
tak ingin tenggelam segera ku cari apa yang hilang. aku mendapatkannya tapi sulit ku ungkap dalam bahasa titik. Kini aku harus memberimu petunjuk, bukan lagi gambaran langsung. Itu semua karena ketakpantasanku. Dan kini sebenarnya telah berdiri kokoh dihadapan kita setiap hikmahnya yang meniscayakan senyum bahagia. hari itu adalah titik di mana kita semestinya mengkaji setiap tepi cerita dari fragmen-fragmen hidup itu.
tak ingin tenggelam segera ku cari apa yang hilang. aku mendapatkannya tapi sulit ku ungkap dalam bahasa titik. Kini aku harus memberimu petunjuk, bukan lagi gambaran langsung. Itu semua karena ketakpantasanku. Dan kini sebenarnya telah berdiri kokoh dihadapan kita setiap hikmahnya yang meniscayakan senyum bahagia. hari itu adalah titik di mana kita semestinya mengkaji setiap tepi cerita dari fragmen-fragmen hidup itu.
“Tuhan
.. terima kasihku ku ungkap dalam rindu yang telah engkau buahkan dalam bentuk
yang lain. Dialah seseorang yang ku cinta, namun gagal untuk ku kasihi. Engkau
mengganti dan memberi apa yang aku butuhkan.”
Harapku
padamu wahai yang telah mengajakku berpikir, “jangan hembuskan isyarat
kepasrahan lagi teruslah tempuh perjalanan bersama mimpi yang kau dambakan,
JADILAH SEPERTI APA YANG ENGKAU INGINKAN, KARENA HIDUP HANYA SEKALI”
Aku
pun tak akan berhenti mengejar hari
wahai
yang mengajakku berpikir. mari membelai gelombang hidup hingga air mata kita
tak kan sia-sia
untuk
terus mengalir membasahi keringnya cadas dunia.
engkaulah
pelabuhan harapan tempat jiwaku pernah bersandar..
pikirkan
detik yang baru saja berlalu karena setiap fragmen hidup ini memiliki banyak
makna indah yang kadang terlupakan. Mungkin engkau tanpa sengaja meninggalkan
penggalan dirimu yang penting ataukah mungkin saja yang ada hanya makna
ketakbermaknaan itu. bebaskan diriku,
dirimu dan diri mereka dari belenggu picik nurani yang terkungkung dalam
dimensi kegelapan hati yang digombali pesona-pesona buram, hingga kita
melampaui batas-batas kepedihan.
begitulah
kesendirianmu kini telah terhempas, semoga terganti bersama tawa darimu dan dari
orang-orang yang mencintaimu yang kini telah menjemput dengan senyuman manis. jagalah
segala yang seharusnya kau jaga karena dia yang telah mengakhiri kesendirianmu,
adalah harapan dari hari-harimu yang selalu indah. Ketika engkau tersungkur
kembali, ku sarankan kembali ke hari itu Karena setitik harapan yang masih
tersisa di sana belum kau ambil. dalam kecemerlangan, dalam keabadian, dalam
kebeningan sehingga hanya mengalir bersama senyum,
........bersama tawa hingga
terdengar gemercik air kemurnian cerita.
Untukmu
wahai yang membuatku kembali berfikir..!!
(Makassar,
ahad/27-januari-2013)
No comments:
Post a Comment