salam
Thursday, February 20, 2020
30 Hari Bercerita
Selepas jum'at, pada akhir salam, tak butuh waktu banyak aku akhirnya berdiri melewati barisan orang yang menggerakkan jari menghitung dzikir untuk digenapkan pada angka 33.
Bukan apa-apa, isi perutku seakan memberi signal, "kau masih mau duduk? Kau akan membuat setiap orang disini saling buruk sangka karena ulahmu"
Perkara yang aku tak suka bisa saja yang menjadi pemicunya adalah aku, dan aku tak ingin itu.
Berakhirlah perjuangan di toilet masjid.
Seusai ku tunaikan panggilan alam,
Aku keluar, memasang sepatu dan melangkah menuju kopi ku yang belum pada dasar cangkir.
Dzikirku, ku mulai pada saat itu, walau pun tak ku hitung hingga genap 33.
Pemicunya adalah dia yang aku tahu sebentar lagi akan berpapasan denganku.
Pada satu sisi ingin ku tundukkan pandanganku, pada satu sisi ingin ku sapa walaupun hanya sekedar salam.
Namun, kaku bibirku dan detak jantung yang lebih cepat dari gemetar tanganku akhirnya mengalirlah "Subhanallah, Astagfirullah, Allahu Akbar" yang entah terucap dalam hati terbolak-bolik. Mana yang lebih dulu, aku pun tak tahu.
Intinya aku hanya ingin tenang dan mampu memilih sikap apa yang harus ku lakukan dalam beberapa detik kemudian.
Tuhan Maha Tahu dan Maha Asyik dalam hal ini untuk mengoyak hati seorang pemuda.
Terjadilah.
Aku berbalik sambil pura-pura kehilangan sesuatu di tas, kantong celana, kantong baju. Semuanya ku periksa agar terlihat seperti kehilangan sesuatu.
Benar.
Bahwa aku tak berpapasan, aku tak menyapa bahkan hanya sekedar senyum saja tak terjadi.
Pada titik ini, aku pun sadar apa yang hilang. Sebuah kesempatan.
Pada perempuan yang akhirnya aku tahu telah melingkar cincin kawin di jari manisnya.
..........................
HAMPIR DITINGGAL NIKAH
#30HBC2001
Hari itu seorang pengunjung perempuan dengan wajah ramah memesan dan bertanya banyak hal perihal kopi yang ada di tempatku bekerja.
Sembari ku seduh kopi pesanannya, kami berbincang banyak hal tentang kopi. Dari pembicaraan tersebut dan setelah saya selesai dengan satu pesanannya, akhirnya aku tahu dia mengenal dan sudah terbiasa dengan menu kopi di tempat ini.
Hari itu kami saling melempar senyum beberapa kali, dia di meja pengunjung dan saya tetap di meja bar.
Hari berikutnya dia kembali datang dan memesan seperti biasa, kali ini kami berbincang lebih banyak dari biasanya dan aku akhirnya mengakui bahwa dia lebih paham perihal kopi ketimbang saya seorang pekerja kopi.
Dalam seminggu, hampir tiap hari ia datang ke tempat ini di jam yang sama. Hari ini dia masih ramah dan terlihat mengagumkan. "Hai, selamat siang", sapa dia.
"Siang" jawabku. "Aku pesan seperti biasa, tapi pesan dua. Ok!", Dia memesan dengan wajah yang lebih ramah dan mengagumkan.
"Sip, ok", jawabku.
kami kali ini tidak berbincang sembari menunggu ku selesaikan pesanannya, namun langsung menuju meja pelanggan entah di meja yang mana, tak ku lihat posisinya dari meja bar tempatku.
Aku memang telah mengakui dia lebih paham perihal kopi, tapi hari itu ada hal yang dia tak tahu. Aku sadar walaupun ia lebih mengenal kopi tapi akulah sepertinya yang lebih mengenal pahit ketimbang dirinya.
Setelah seorang pria membayar pesanan atas namanya. Lalu dia pergi bergandengan sembari mengucapkan terima kasih dengan wajah ramah dan mengagumkan.
#30HBC2002
Toraja. kau mengagumkan dengan apa adanya dirimu.
Cerita ini mengenai perjalananku beberapa waktu lalu. Perjalanan yang awalnya ku pikir hanya akan menjadi turis biasa, namun sesampai di sana saya harus survive dengan harga penginapan yang melambung yang tak sesuai kantong. Rehat siang dan mandi dari masjid ke masjid dan mendirikan tenda di malam hari di tempat yang masih mendapat izin.
Dalam perjalanan ini aku sadar satu hal paling mendasar mengapa orang-orang senang ke Toraja. Modal untuk suatu daerah untuk dikunjungi wisatawan yaitu eksotisme. Aku melihat negeri ini dari suatu sudut yang berbeda.
Toraja semacam bunga berbeda yang tumbuh di tengah-tengah taman, aku sempat menamai toraja di benakku dengan nama Toraja sang bunga raya indonesia. Tempat tumbuhnya di atas tanah yang berbudaya, dipupuk dengan nilai dan kepercayaan, disiram setiap saat dengan adat istiadat.
Ini bukan perjalan pertamaku ke sini, ini entah perjalan yang ke berapa. Aku sudah cukup tahu dari beberapa sumber buku, artikel, jurnal, penelitian perihal toraja, namun perjalanan kali ini entah mengapa terasa sangat intim. Aku seperti memverifikasi apa yang aku tahu, memastikan informasi, memperdalam perkenalan.
Tidaklah salah kata orang, "semua orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah, setiap waktu adalah belajar".
Perjalanan memang adalah pemaknaan dan hampir setiap saat aku kagum, padahal ini bukan kali pertama,
Aku tak usah sebutkan ritual adat apa saja yang ada di Toraja. Google lebih banyak punya referensi soal hal ini, yang ingin ku bagi dari perjalananku kali ini adalah bagaimana pun kehidupan berkembang karakter lah yang akan membuatmu tetap bertahan dan survive. Sama dengan toraja, karakternya sulit digerus dan sampai saat ini terus bertahan. Itulah karakter.
Zaman berubah-ubah dan berkembang, kehidupan semakin beragam, idealisme dan pola pikir terus maju, namun jika tanpa karakter kau hanya akan tergerus. "Jadilah mengagumkan dengan karaktermu sendiri, tumbuhlah dengan caramu sendiri"
#30haribercerita
Setelah basah di awal musim penghujan.
Saya memang terlalu kuno.
Dua jam menunggu dan saya masih berpikir, "Apa pertanyaan pertama yang harus ku keluarkan? Apa pembahasan yang membuatmu tak bosan? Bagaimana aku harus bersikap ketika berhadapan?". Aku pernah merasa jahat memberimu harapan. Hari ini aku tak ingin membuat itu kembali menjadi sebuah kenangan, yang jika keluar dari ingatan akan menyakitkan.
Aku datang hanya membawa diri dan niatan. Silaturahim adalah hal yang ku percaya membawa kebaikan, namun aku sadar aku tak banyak perubahan. Aku kadang kelepasan untuk tak memujimu berlebihan. Aku hanya lelaki yang tak punya pendirian perihal hubungan.
Itulah alasan aku tak menjalin banyak pertemanan, apalagi dengan perempuan. Saya memang terlalu kuno dan membosankan. Tak punya pembahasan dan tak mampu membawa pembicaraan. Tak mengesankan bahkan sedikit membuat risih.
Ini adalah perjalan yang aku tak rencanakan. Hingga aku kembali berpikir bagaimana akhir pertemuan kita kali ini untuk tak banyak memberi kegundahan. Pertemuan yang belum terjadi saja ku pikirkan.
Akhirnya hujan berhenti berganti dingin yang tak biasa ku rasakan. Ada sebuah keasyikan dalam menunggu yang rasakan. Aku tak tahu perasaan macam apa yang Tuhan letakkan pada hati seorang pemuda yang jatuh cinta saja dia lupakan.
Aku tak ingin berpikir apa-apa dan yang aku tahu pikiran ku semakin detik semakin tak karuan. Jempol yang ku gunakan menulis cerita ini juga mulai gemetaran. Aku hanya ingin perjumpaan dengan seorang yang lama telah ku kenal di dunia maya namun sanggup membuka cerita apa yang aku pernah rahasiakan.
Ini pertemuan kita yang pertama yang tak sempat ku rencanakan. Sampai kemarin takdir perjalanan ku yang telah dituliskan membawaku ke kotamu dan aku tiba di sini disambut hujan.
Kita akhirnya berhadapan.
Tepat saat ku selesaikan tulisan ini sebagai bentuk kesibukan yang pura-pura agar tak terlihat menunggu. "Halo!", sapaku.
#30HBC2004
Akhir-akhir ini, Aku kadang masih ke warung makan tempat kesukaan kita.
Makan di sana membuatku sadar bahwa momen makan bersamamu yang tak ku sangka menjadi semelekat itu di pikiranku.
Aku menikmati rinduku tanpa harus mengusik mu, aku menikmati patah hatiku tanpa harus memaksamu kembali, aku menikmati rasa kecewaku padamu tanpa harus melupakanmu.
Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku pernah jatuh cinta padamu dan itu bukan sebuah kesalahan. Namun jelas bagiku, ada sesuatu yang salah. Sementara aku cari tahu.
Kali ini aku datang tidak sendiri, namun terjebak bersama pasangan yang sedang merayakan "anniversary" dan bercerita berbagai macam rasa. Mereka baru saja menikah setelah beberapa tahun pacaran. Aku tak sadar mengerutkan dahi, mungkin lantaran heran dan tak paham. Tak ku tahu pasti. Melihat ekspresi ku, akhirnya pertanyaan mereka mengarah padaku,
"Kapan terakhir jatuh cinta?", Kata si perempuan
Ku jawab dengan bercanda, "jatuh cinta, kayaknya kemarin. hem iya. sepertinya. Hahaha"
Si laki-laki menimpali,"tapi kamu punya mantan? Masih ingat tanggal anniversary kalian?"
Pertanyaan kali ini aku diam cukup lama sebelum menjawab pelan-pelan, "punya, tapi kalau anniversary saya lupa".
Sebenarnya memang aku telah lupa. Lupa yang mengikutsertakan rasa dari jatuh cinta sehebat apa yang juga hilang dari memori. Namun sedikit bercanda ku mulai kembali obrolan,
"mungkin bukan aku yang salah, katanya jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Bulan ini seharusnya aku sudah harus ganti kacamata. hahaha"
Sekarang bisa ku simpulkan, bukan hatiku yang tambah bermasalah. Perihal jatuh cinta, mungkin yang harus ku permasalahkan adalah mataku. Minus yang tambah parah dan juga kacamata yang patah. Setidaknya aku punya jawaban sementara perihal hal ini.
#30HBC2005
Pada suatu hari yang ribet, hape low sebab di tas nyala terus, akhirnya cari tempat ngecharge, ujung-ujungnya ke warkop. daya hape sudah lumayan lalu lanjut ke urusan yang belum diselesaikan biar tenang. Niatnya ketika urusan selesai, berencana cari tempat makan.
Urusan selesai. Setelah membayar biaya administrasi seingat saya uang dikantong masih ada selembar 20ribuan. Akhirnya cari tempat makan. Saya cek kantong dan tas dan uang entah kemana (jarang simpan uang di dompet). Akhirnya tak jadi masuk ke warung.
Menuju atm, cari penarikan 50. Seingat saya masih ada 100an (BRI). Nyatanya sisa saldo hanya 98rb. hahahaa.
Tuhan memang paling bisa bercanda dengan kondisi seorang pemuda.
Cek hape, pukul menunjukkan pukul 16.20. Pilihan terbaik adalah pulang ke kediaman. Ada beberapa notif yang masuk, ada yang bertanya posisi, bertanya keberadaan kopi, komen history media sosial, bertanya soal skripsi, bertanya soal hubungan kita kedepan (nah ini dari operator yang ingin perpanjangan paket) namun tak ada satupun yang memberi semangat. miris? tidak. sudah terbiasa dalam hitungan tahun.
Saya balas satu-satu kecuali perihal hubungan, itu tdk penting. Ketika ingin beranjak pulang, hape berdering panggilan masuk dari ibu negara. Setelah nelpon dengan panjang x lebar x tinggi jadilah kubus perbincangan yang menampung banyak hal termasuk bertanya mengenai urusan, sembari mengingatkan jangan lupa shalat. Siap.
Tiba di kediaman. Menerima ajakan ngopi (maaf, kalau ajakan ngopi biasanya saya tak berpikir panjang). Di cafe, saya bingung pilih menu apa, akhir-akhir ini hubungan dengan kopi tak terlalu nyaman, apalagi lambung sedari pagi belum ketemu nasi. ku pilih alpukat yang cukup baik untuk lambung. Main game, bercanda & jam sudah pukul 23.10, lalu memutuskan pulang.
Kekurangan 2ribu di saldo bisa merubah hari ini. Bertanya isi saldo teman, cari penarikan 50, transfer 2ribu, dan akhirnya nasi kuning menjadi penutup yang indah hari ini.
"Tenang kawan, aku yang bayar, 2ribumu telah menyelamatkan hariku"
#30hbc2006
Hari ke tujuh menulis. Di @30haribercerita
Sejak hari pertama tak ku sebutkan alasanku ikut dalam kegiatan ini. Sebenarnya dalam beberapa bulan terakhir aku sudah mulai mengurangi aktifitas media sosialku. Hanya mengunduh instagram sebulan sekali dan saya hapus kembali. Namun kali ini kembali aktif setiap hari demi belajar konsistensi dalam menuangkan pikiran. Bagiku ada manfaatnya. Niatku setelah kegiatan ini selesai aku akan pindah ke media lain dan kembali menghapus media sosial yang ku punya dan hanya aktif sebulan sekali. Ini juga bagian dari konsistensi.
Aku lupa kapan pertama kali mulai menikmati kegiatan tulis-menulis. Seingatku awalnya hanya paksaan dari guru SMA. Beliau memperkenalkanku dengan dunia literasi. Aku sebagai anak SMA dituntut dan dipaksa untuk ikut berbagai macam lomba tulis-menulis. Karya tulis ilmiah, cerpen, esai dan lain sebagainya. Awalnya menyusahkan namun efeknya ku rasakan belakangan. Walau tak terlalu suka, aku cukup ahli dalam menyusun Karya Tulis, esai, makalah, artikel. Hal ini berlanjut ketika membantu kenalan saya dalam menyusun skripsinya. Saya masih mahasiswa semester 3 pada saat itu mulai mengenal skripsi dan membantu dalam penyusunan. Tidak sampai di situ saja, kegiatan itu menghasilkan cukup banyak uang bagiku saat itu menjadi seorang joki skripsi.
Seorang temanku sampai menulis pamflet di depan kostan saya dengan tagline, “menerima pembuatan skripsi, harga terjangkau. Terbuka 24 jam”. Pamflet ini adalah inisiatif seorang mahasiswa dalam bertahan hidup. Dari sebuah paksaan menjadi keahlian yang tak terlalu ahli, hanya untuk menyambung nasib.
Entah sejak kapan aku mulai menulis secara random. Menulis apa saja yang ingin aku tulis. Tahun ini aku ingin mengawali aktifitas ini dengan benar. Bukan berdasar pada materi atau penyebab lain.
Mengawali tahun dengan menulis dengan tulus. Belajar konsisten dan memulai dengan benar.
Pada setiap ceritaku dalam kegiatan ini, ku ucapkan selamat datang, silakan dibaca jika berkenan. Tak di-like juga tak masalah. tak berkomentar juga tak masalah.
Terima kasih telah menyambut tulisanku.
#30HBC2007
Aku & dia serasa baru diperkenalkan kembali, kaku & bingung harus ku mulai darimana. dulu memang sengaja telah ku gantung. tapi tak ku sangka kali ini dia terlihat cukup menyusahkan seperti awal pertemuan. Pucat jelas di wajahku. Jelas aku tampak lebih khawatir. kisah kita memang pernah berjalan lancar. Ahh carrier! backstreet memang tak selalu menyenangkan.
Seusai packing yg susah payah. Perjalanan ku mulai. Tempat yg biasanya hanya ku jadikan pemanasan sekarang malah membuat sekujur tubuhku pegal tak terkendali. Aku ingin tidur.
Penderitaan tak sampai di situ. Aku terbangun menggigil di ruang 1 kali 1 meter lebih.
Tanpa mampu bergerak banyak. Gelap, sunyi, & lelah hingga suara di sebelahku beradu dgn suara dari dalam diriku terdengar jelas.
Di keadaan seperti ini, sudah berapa manusia-manusia sebelum saya menderita sebab tak mampu berbuat apa-apa. Akhirnya ku nyalakan headlamp. Lapar & suara dengkuran teman sependakian adalah paduan yang sempurna.
Malam itu hal yg telah lama tak ku jalani mengajarkanku sesuatu. Dimana pun kau berada langit selalu sama, luas & terpelihara oleh Tuhan. Malam itu, ku pilih tak tidur. Sekarang aku memandang langit yg tadi tak ku hiraukan selama perjalan sebab terus menunduk menahan lelah sembari memperhatikan jalur.
Aku mencintai kegiatan ini, maka cerita kali ini ku persembahkan bagi teman seperjuanganku di komunitas @kunrapala_mksr . Komunitas yang telah mengajariku cara berjalan selama satu dekade belakangan ini.
Ku tutup pula cerita ini dengan permohonan maaf untuk semua ibu,
Untuk ibu pertiwi, aku mencintaimu (maaf, aku belum punya BPJS)
Untuk ibu mertuaku kelak (maaf, aku tak kunjung melamar putri tercintamu)
Untuk ibu yang melahirkanku,
Aku masih suka jalan-jalan, semohonku bersabarlah dengan anakmu ini. Anakmu sedang belajar mencintai dirinya dgn sewajarnya & sepatutnya.
Mencintai & menyusun sebuah laporan kepada Tuhan.
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (QS 17:37).
#30HBC2008
Hari yang cukup sibuk. Aku tiba di rumah dan memenuhi kegiatan #30haribercerita pada hari ke-9 ini.
Setelah beberapa janji dan tanpa direncanakan bertemu teman hingga berakhir dengan ngopi bersama, aku pulang dengan cerita yang disuguhkan teman.
Pembicaraan dimulai dengan cobaan hidup orang yang berbeda-beda termasuk persoalan hati dalam sebuah ikatan.
Dinamika hati dalam penerimaan segala kondisi yang ditawarkan rasa adalah sebuah proses yang harus dihadapi setiap manusia. Termasuk kasih sayang dan kebencian.
Hari ini aku belajar tentang dendam. Bahwa ia mampu tumbuh pada hati bagaimana pun kondisinya.
Sekarang aku akhirnya mengerti, bahwa hati yang patah juga harus menerima dendam sebagai salah satu yang ditawarkan rasa.
Sesungguhnya,hati yang jatuh cinta berulang pun mampu ditempati oleh dendam untuk bertumbuh.
Pantaslah jika memaafkan adalah perbuatan orang besar dan mulia.
Kali ini dendam telah menyadarkan ku bahwa aku masih punya hati, yang telah lama ku percaya hilang dari ceritaku.
Sama halnya hatiku padamu, walau dalam keadaan membenci.
Jadi tolong maafkan aku.
Aku mungkin benci padamu, namun tenang saja aku tak akan mengusikmu.
Aku tak tahu pasti hati macam apa yang aku punya. Namun ada satu hal yang pasti, aku tak pernah mengkhianatimu.
Sekali lagi maafkan aku.
#30HBC2009
Dulu aku juga pernah punya rambut panjang.
Walau tak sepanjang rambutmu..
Tak selurus dan tak seberwarna rambut yang mungkin hasil salon dan sablon, eh maksudnya pewarna rambut.
Rambutku lebih bergelombang, lumayan ikal di ujung namun tak bercabang.
Mungkin itu efek dari pikiranku kepadamu yang tak selalu lurus, kadang berujung semrawut namun tak pernah bercabang.
Rambut yang ku rawat dari mulai se-centi ( botak) hingga cukup panjang untuk membuatnya kadang melilit di leher tanpa sengaja ketika bangun tidur, tak lagi butuh ikat rambut sebab pensil sudah cukup untuk dikumpulkan (tak tahu istilahnya) seperti yang engkau ajarkan.
Aku dulu selalu tiba-tiba ingin ke tukang potong rambut ketika engkau marah dan mulai menarik rambutku. sekali, tapi dengan cepat dan kuat mirip ketika seseorang yang ingin memetik rambutan. Tapi selalu bersyukur setidaknya aku punya rambut ini untuk membuatku tahu bahwa engkau sedang marah (daripada nebak-nebak moodmu yang tak tentu).
Aku ingat engkau pernah berkata iri pada rambutku karena sehat dan tak bercabang, hitam tidak kemerahan, kuat dan tak rontok.
Aku cuma senyum lalu menjawab, "ini hasil dari pikiranku tentangmu, sehat dan tak bercabang hanya berujung padamu, hitam dan tidak kemerahan seperti gambaran sedalam apa aku memikirkanmu, kuat hingga tak mudah gugur..
Sampai akhirnya ku pilih potong rambut ketika engkau memilih untuk fokus skripsi dan hilang tanpa kabar.
#30HBC2010
Dulu mungkin aku senang berdebat, pada konteks tertentu aku senang mengeluarkan pendapat & membuat orang lain berpikir sama dengan ku.
Namun seiring berjalan waktu, aku malas berpendapat hanya karena berbeda pandangan. Memaksakan yg ku anggap tepat, (merasa paling tahu jalan yg orang lain harus tempuh) untuk mereka jalani.
Kita tak bisa menghalangi langkah seseorang hanya karena tidak ideal & sesuai yang kita pikirkan. Berdebat hanya akan menahan mereka berkembang, bahkan meruntuhkan kepercayaan diri untuk memilih jalan yang ia inginkan.
Banyak orang bilang, "don't care what will people say". Maka jika seseorang mengajakmu sharing, bantu mereka berpikir & jangan menambah beban pikirannya. Biarkan ia memilih lalu support. jangan pernah memaksakan pikiranmu kepadanya sebab itu akan menjadi kejahatan yang tidak akan engkau sadari bagi orang lain. Maka pantaslah berdebat itu ada aturannya dalam islam. Menasehati dan memberi saran juga ada aturannya.
Tak ada yg diciptakan sama persis di dunia ini. Tak ada orang yg bisa menggantikan posisi orang lain sebab masing-masing orang punya jalannya. Sederhananya tak ada yang memiliki pengalaman rohani & fisik yang sama. Setiap raja ada masanya, setiap pemimpin ada zamannya, setiap orang ada jalannya, setiap cerita beda alurnya, setiap kisah ada momentnya, setiap cinta ada waktunya.
Bahkan setiap pepatah, bisa jadi tak lagi cocok dgn zamannya. Tidak salah, namun mungkin tak sesuai konteks. Ku tutup cerita ini dengan sedikit kisah:
------
Ku ambil tas sekolahku.
Setelah kemarin dimarahi bapak lantaran berkelahi, kini beliau mengantarku dengan pesan
"Jangan lupa berbaikan dengan temanmu"
Akhirnya aku sadar bahwa aku salah menjawab soal ujian PKn kemarin.
Pepatah yang harusnya ku lanjut sesuai perkataan ayahku.
"Bersatu kita teguh, bercerai kita... Berteman lagi"
(Zhafran: kelas 1 SD)
--------
Dari keseluruhan yang ada, bukan milik kita tapi milik Tuhan. Manusia tak pantas menentukan hasil yang mereka jalani atau orang lain jalani karena manusia tak memiliki apa-apa. YOU DON'T HAVE ANYTHING
#30HBC2011
Cerita ini ku awali dengan penerimaan buku hasil belajar di catur wulan 2 kelas 1 SD. Aku seperti halnya anak-anak yang lain lebih senang dengan acara makan-makannya ketimbang menerima buku hasil belajar (rapor). Aku tak peduli sebab yang penting adalah libur telah tiba.
Tiba di rumah, rapor ku serahkan ke orang tua.
Ayah ku nampak bingung.
"tadi ada pengumuman peringkat dibacakan atau tidak?". tanya beliau.
"Tidak", jawabku polos.
Seingat aku, tidak dibacakan atau saya tidak mendengar karena sibuk bermain.
"ini peringkat 11 atau peringkat 2 dalam angka romawi?". ayah bertanya lagi.
Aku juga tak terlalu ingat dan juga tak terlalu peduli. Sampai akhirnya aku sadar bahwa akulah anak yang paling bodoh diantara saudara-saudaraku. Hal ini lebih dipertegas ketika adikku yang paling bungsu mulai bersekolah. Semua saudaraku adalah langganan peringkat 1 sejak SD. Bukan hanya itu, mereka juga telah berprestasi dan menjuarai berbagai lomba dan telah mempunyai prestasi berderet di bidang masing-masing.
Aku?. Aku juga ikut beberapa lomba, tapi dgn motivasi yg berbeda. Hahahaa. Aku hanya ingin pergi jalan-jalan & libur dari aktifitas sekolah (sesekali menambah waktu libur di luar izin yang diberikan).
Aku memang mesti banyak belajar dan berjuang sebab aku tak sepintar mereka. Jalanku belum kutemukan. Diantara mereka akulah yg paling bodoh. Nilai sekolah & jejak pendidikan ku tak sebaik mereka. Tak masalah, aku tak pernah iri. Walaupun aku yang paling bodoh, tapi aku tahu mereka lebih sering iri kepadaku karena ibu kami kadang terlihat lebih sayang kepadaku.
"Aku adalah anaknya yang paling beliau sayang" itu selalu kukatakan ketika pulang ke rumah dan beliau memasak makanan yg aku suka. Hahaha.
Untuk saudaraku. Aku bangga pada kalian, dan itu sering ku ceritakan pada orang-orang. Aku bersyukur berada diantara kalian. Maaf aku terkesan cuek, aku hanya tak terlalu tahu mengekspresikan rasa sayang.
(**Note: akhirnya ayahku menghubungi wali kelasku, dan itu bukan peringkat 2)
#30HBC2012
Bagaimana perasaanmu jika file foto perjalananmu selama 4 bulan hilang begitu saja?
Tahun lalu aku sempat lama di tanah orang. Perjalanan yang dimulai dari Jakarta hingga Surabaya. Seperti pejalan pada umumnya, aku suka mengabadikan momen atau tempat selama perjalanan.
Jika aku punya teman jalan, mungkin ada satu dua foto yang ada diriku. Namun jika tak punya teman jalan, hanya momen atau tempat yang menarik yang ku abadikan agar suatu hari bisa ku ingat kembali, lalu ku narasikan dalam tulisan.
Terdapat 32 GB file foto dan video dari kamera handphone, kamera DSLR, kamera pocket, hingga drone milik teman yang ku amankan dalam flashdisk yang sengaja ku beli sebab hape terisi penuh oleh aplikasi.
Awal kejadian laptopku bermasalah. Aku meminta kepada seorang teman untuk ditangani. Dia butuh flashdisk untuk meng-instal ulang komputer milikku. Hal itu terjadi sepersekian detik. Tak sengaja terformat. Aku tak sempat menyalin file tersebut sebab laptop saya juga ternyata penyimpanannya juga penuh. (Mungkin karena ini pula laptop saya bisa nge-hang)
Anehnya aku tak terlalu mempermasalahkan. Tidak sama ketika aku kehilangan File cerita yang ku tulis selama setahun lebih yang niatnya jika selesai akan menjadi sebuah novel pernah hilang dan membuatku stres.
Alasannya mungkin karena aku pernah kehilangan sesuatu yang lebih berharga. Kamu. Seseorang yang niatnya.. Ahh yang ini ceritanya panjang.
Aku mungkin kehilangan tulisanku, tapi tidak dengan pengalamanku. Aku mungkin kehilangan fotoku, tapi tidak dengan kenangan ku. Aku mungkin kehilangan kamu tapi tidak dengan cerita kita.
Tenang saja nanti akan ku ceritakan.
Cerita bagaimana aku yang sungguh-sungguh mencintaimu dan bagaimana aku ketika sangat membencimu.
Cerita bagaimana aku menahan rindu padamu dan bagaimana aku yang betul-betul melupakanmu.
Cerita bagaimana ketika tersiksa saat khawatir padamu dan ketika aku sama sekali tak lagi peduli padamu.
Aku kehilangan, tapi entah mengapa makin kaya.
#30HBC2013
Aku paham. Ceritaku bukan untukmu. Perjuanganku bukan padamu. (14 januari 2019)
Tulisan di atas ada pada catatanku. Tanggal dan bulan yang sama setahun yang lalu saya menulis hal tersebut namun sampai detik ini saya tak ingat mengapa menulis hal tersebut. Penasaran hingga ku cari di riwayat arsip story dan postingan tak juga ku temukan alasannya.
sepertinya pada catatan itu aku sudah pasrah. Sudahlah, mungkin aku betul-betul lupa. Sepertinya Tuhan menempatkan ingatanku sedikit unik. Ada hal yang sudah ku catat dan berusaha ku ingat namun masih tetap saja lupa. Ada pula yang berupaya ku lupakan namun masih saja ada di ingatan.
Untuk menyambung cerita ini, aku ingin menyambung kalimat tersebut dengan video yang baru aku tonton di youtube.
"Berjuang demi orang lain akan membuat semangat baru untuk kita daripada berjuang demi diri sendiri, tapi terkadang kita harus bercermin melihat diri sendiri dan memposisikan diri kita sebagai orang ketiga yang juga harus dibahagiakan." (Dzawin Nur)
Membahagiakan dan dibahagiakan merupakan sebuah perjuangan. Segala macam rasa yang ada selama proses (semoga) merupakan anugerah dan cerita. Jika ditanya perihal tujuan dari berjuang, mungkin jawabanku akan seperti nama yang diamanahkan padaku, Ridha Tuhan.
(Untuk kita semua, jika merasa berada pada kondisi paling terpuruk, semoga itu adalah Ridha Tuhan dalam bentuk lain yang mungkin belum kita pahami)
Ceritaku dan perjuanganku belum menemukan pemiliknya (Sepertinya). Dimana pun kau berada, semoga itu engkau. Berkabarlah jika ingin mendengarnya!
Selamat malam.
#30HBC2014
Yogyakarta.
Malioboro yang masih ramai. Sama seperti sejak terakhir kali aku ke sini. Mungkin bedanya saat ini sudah banyak kursi-kursi di sepanjang jalan malioboro. Suasana kota ini tak berubah.
Sejak masuk ke area ini dari sebelah utara jalan malioboro, tak sedikit pun niatku berfoto, melihat karya lokal yang di jual sepanjang jalan, atau sekedar berjalan melihat situasi. Aku hanya mencari tempat duduk paling nyaman lalu diam dan melihat jogja dari sudut jalan.
Untuk sementara aku sendiri di kota ini dan itu membuatku banyak waktu berpikir. ku pilih duduk di sini karena tak ingin merasa sendiri. Aku ingin keramaian, namun sepertinya tak berefek.
Sejak lepas maghrib, aku hanya duduk di satu tempat lalu menulis. Termasuk menulis cerita ini. Aku tak tertarik memperhatikan siapa-siapa sejak mulai duduk. Hanya tertarik dengan pikiranku dan kejiwaanku. Aku penasaran, rasa apa lagi yang akan muncul dalam perjalanan ini.
Dalam perjalanku ini perjumpaanku denganmu memunculkan sisiku yang lain yang tak pernah ku temukan. pikiranku terus sibuk mulai mencari cara memikirkan mu. Namun secara sadar terus ku tepis dengan berbagai cara. Namun aku menyerah.
Menjadi seorang pejalan, kota ternyaman yang ku temui adalah kota ini. Tapi semenjak aku tiba di kotamu, aku jatuh cinta. Mungkin sedikit berbeda kondisi, tapi aku ingat betul pohon-pohon besar di jantung kotamu, berjalan dibawahnya sungguh sangat terasa nyaman. Apalagi aku disambut hujan dan bau petrikor dari kebun yang terkenal itu sungguh membuatku jatuh cinta.
perjalananku kali ini, mengajarkan banyak hal. Dari lagu sendu kematian hingga syair haru kelahiran, manusia telah belajar merangkai rasa dan dari sanalah lahir hikayat sebagai wujud doa-doa para jiwa yang berserah.
Kemanusian adalah bahasa langit untuk insan yang pergi dan pulangnya mencari hikmah.
iqra.
iqra.
iqra.
Dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan. Yang mengajar (manusia) mengenai rasa dengan perantara hati. mengajarkan manusia apa yang tidak mereka ketahui.
(#note: terinspirasi dari QS. Al-Qalam)
Keajaiban Tuhan memang ada dimana saja.
#30HBC2015 #30haribercerita
Dulu saya masih sempat merasakan secuil ketegangan membaca buku Pramoedya Ananta Toer. Beberapa kawan mahasiswa saat itu, dengan sedikit bercanda berkata, "wah, mulai kiri kau". Saya tegang bukan karena takut membaca tapi pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya muncul mengajak diskusi soal pergerakan yang saat itu masih belum paham apa-apa. Aku hanya suka baca novel, bukan suka baca buku pergerakan sampai perkenalanku pada Tan Malaka dan Ali Shariati. Itu juga karena dijebak.
Dulu aku suka berdiskusi kadang sampai berdebat tidak jelas dan dianggap sok tahu, tapi tak masalah, ku anggap referensi kita beda. Prinsip Ku sederhana, jangan bertanya jika kau tak betul-betul ingin tahu isi kepala seseorang.
Kalau saya ditanya perihal A akan ku jelaskan perihal A sesuai referensiku. Kalau tidak, mari kita bercanda, menjelasakan itu ribet. Kadang saya suka dianggap punya bahasa yang tinggi padahal itu cuma istilah ilmiah yang ada dalam bahasa indonesia, ada dalam KBBI dan sering dipakai di buku-buku.
Sampai saat itu aku kapok untuk berdiskusi dengan orang yang hanya ingin "test-test ji (hanya sekedar mengetest), sampai mana proses". (Kan bangsat).
Dahulu orang yang punya referensi aneh soal buku sekarang malah mendapatkan tempat sebab buku itu saat ini malah menjadi trend. Ambil contoh buku 5cm yang ku baca diam-diam di kelas tahun 2008. Anak SMA seusiaku katanya mana paham soal buku ini.
Sampai 2009 ku namai adikku sesuai dengan salah satu karakter utama di buku itu dan entah tahun berapa buku itu di filmkan dan akhirnya meledaklah dunia pendakian di Indonesia. Itu tidak bisa dipungkiri.
Kasus dilan hampir serupa, walau aku bukan pembaca buku dilan (Adikku @mumu_muthiamutmainnah yang punya koleksinya, saya hanya baca sampai halaman 15, entah mengapa agak kurang kena dengan seleraku). Begitu pun bumi manusia yang akhirnya mulai ramai. Platform sudah berkembang. Sudah sedari dulu buku bisa berkembang lebih jauh. Tulisan-tulisan punya jalannya untuk abadi.
Membacalah dan menulislah dengan gayamu. Kau tak akan tahu jalan dari tulisanmu menemukan abadinya.
#30HBC2016 #30haribercerita
Hari ini aku belum menulis apa-apa. Akhir-akhir ini aku juga sedang jarang membaca. Tidak punya waktu karena sibuk mengurus sesuatu. Aku juga kehabisan buku baru. Aku sedang fokus dengan suatu urusan dan bolak-balik keluar daerah. Aku saat ini sedang berusaha jatuh cinta, mencoba membuka hati tapi sepertinya aku patah hati lagi.
Aku sebenarnya.. semua yang aku ucapkan tadi itu cuma alasan. Saya memang malas. Itu saja
Daripada bingung, ku lanjut saja tulisan di hari kemarin. Soal menulis, aku tak mengikuti media sosial penulis yang aku kagumi. Kau tak akan tahu, seberapa besar pengaruh mereka dalam pemilihan kata atau penyusunan kalimat dalam tulisanmu. Biasanya ini disebut gaya bahasa. Kagum itu adalah hal yang unik, kau akan terpengaruh secara tidak sadar.
Aku menyadari ini tahun 2011. Setelah membaca buku ‘sabda dari persemayaman’, aku masuk kelas namun tidak bisa fokus dengan rumus-rumus di depanku. Kata temanku 3 sks mata kuliah ku isi dengan terus menulis. Setelah ku baca ulang tulisanku, aku sadar gaya bahasa ikut terbawa novel tersebut. Ku putuskan mencari bacaan yang lebih beragam, buku komedi, blog, artikel, cerpen dan novel-novel yang katanya cukup bergaya bahasa kekinian.
Itu saja belum cukup. Kemampuan menulis harus terus diasah. Pengalamanlah yang akan membuatmu menemukan gayanya sendiri. Kaca matamu harus mampu menangkap rasa dari setiap kejadian lalu dinarasikan dalam tulisan. Kau harus terbiasa menuangkan rasa dalam kata agar bermakna. Menerima kecewa, menghadapi patah hati, belajar dari cinta, menampung semua bahagia. Semua itu tak gampang untuk mewakilkannya dalam kata yang kita pilih. Itu kesimpulanku sementara ini.
Menulis itu seperti PDKT (pendekatan). Kadang kita terlihat lebay, kadang kita tak peka. Bisa berakhir bahagia atau pun kecewa. Santai saja, nikmati prosesnya lalu terima. Karena setiap yang punya rasa itu punya jiwa. Nah! Kalau ini kalimat dari ben di film filosofi kopi. Hahaha!
Menulis itu seperti PDKT. Bisa berakhir sejiwa atau sakit jiwa. Hahaha! sudahlah saya mulai melantur.
Rangkai kata, abadikan rasa.
Terima kasih sudah membaca.
#30hbc2017 #30haribercerita
#30HBC2018 #30HBCgambaraja #30haribercerita
@30haribercerita
(Bisa jadi, kita hanya secara kebetulan hadir saat dia ingin meyakinkan diri, mencari sesuatu yang belum ia temukan, di antara proses yang sudah berjalan)
Tak semua hal harus dimengerti. Kadang kita hanya ingin mencari jawaban untuk menghakimi. Mencari jawaban untuk membela diri. Memaksa pikiran untuk berasumsi pada sesuatu yang hati tak bisa pahami.
Dalam keadaan seperti ini, kita berharap ada pilihan yang menjadi opsi. Walaupun sebenarnya hasil akhirnya tak juga bisa kita terima. Opsi ini cukup membuat kita memilih untuk dijadikan sebuah kemungkinan alasan daripada tanpa alasan sama sekali. Opsi ini berdampak layaknya kita menemukan sesuatu untuk dijadikan alat untuk menghakimi dan membela diri.
Kita hanya tak ingin memaksa diri bersandar pada tebak-tebakan dan kemungkinan sebab itu merupakan pekerjaan yamg jauh lebih sulit, menyesakkan dan melelahkan.
Jika diberi pilihan, akan muncul kecenderungan untuk lebih baik memilih. Namun, sebenarnya masih ada satu opsi lagi yang diikut sertakan suatu keadaan. opsi untuk tidak memilih. Tidak semua opsi harus dipilih.
Dijawab, salah= -1
Tidak dijawab= 0
Dijawab benar= 3
Dalam sebuah kompetisi biasanya aturan ini diterapkan. Mengapa tak bisa dipakai dalan kehidupan?
Aturan ini mengajarkan kita untuk tidak memilih dan meninggalkan soal yang tak bisa kita mengerti. Kita hanya tak ingin terperangkap pada pertanyaan yang tak terjawab.
Tak semua persoalan harus dijawab, tidak semua opsi harus dipilih, tidak semua hal harus dimengerti.
Kita kadang hanya butuh bergeser dari posisi awal dan memandang dari sudut pandang yang berbeda sebagai orang yang kebetulan hadir.
#30HBC2019 #30haribercerita
@30haribercerita
"Life is a tragedy when seen in close-up, but a comedy in long-shot."
(Charlie Chaplin)
.
.
(Note: Tulisan ini hadir dari proses diskusi, pemilihan frasa dan kata sebahagian dari orang lain)
Cerita20.5
Cerita pengganti untuk tulisan di hari ke-20.
Tulisan yang awalnya ingin ku publish, kini berakhir di folder dhokumen di laptop tua. Saya berpikir lama sekali dan memutuskan untuk batal publish (sekarang). Saya belum siap.
Ku ceritakan sedikit tentang tulisan tersebut sebagai gantinya. Kita beri nama file tersebut sebagai cerita20. Dalam tulisan tersebut berisi curahan hati seorang laki-laki. Alasan pertama cerita20 batal publish karena laki-laki sulit untuk curhat. Alasan kedua yaitu cerita20 dinilai penulis memiliki maksud yang sedikit kasar. Alasan ketiga, cerita20 merupakan tulisan yang ingin ditujukan pada seseorang. Alasan keempat, sepertinya pertanyaan dalam tulisan tersebut sebaiknya disampaikan secara langsung.
Untuk membuat cerita hari ini ada isinya (hahaha) dan sedikit panjang, mari kita bahas sedikit mengenai curahan hati (curhat). Ada perbedaan yang cukup besar antara laki-laki dan perempuan ketika ingin curhat.
Laki-laki cenderung curhat dengan kondisi yang lebih santai dan bercanda, sedangkan perempuan ingin kondisi yang lebih serius.
Laki-laki tak terlalu peduli jika tak didengarkan sedangkan perempuan selalu ingin respon yang maksimal (kadang butuh sedikit pembelaan).
Laki-laki hanya butuh ngopi dan bercerita untuk menertawakan kondisinya sedangkan perempuan hanya butuh pendengar dan kepercayaan.
Laki-laki cenderung tak butuh privasi sedangkan perempuan selalu berharap ceritanya menjadi sangat privasi dan terjaga.
Ini menurut pengalaman saya, kalau tidak sesuai dengan yang pembaca alami, artinya kita beda pengalaman.
Saya mungkin bukan pemberi solusi yang baik, tapi saya adalah pendengar yang baik. Ceritamu akan sangat berharga untuk menambah pengalaman saya. Mungkin bisa dijadikan sudut pandang dalam sebuah tulisan dan saya berterima kasih akan penghargaan tersebut.
Pada intinya, kita hanya perlu berkomunikasi, bukan menutup diri.
Jika ada cerita yang butuh dibagi, mungkin bisa menghubungi saya di biografi, boleh lewat pesan teks atau di depan segelas kopi.
(**note: saya mau curhat, tapi bingung dengan siapa)
#30haribercerita #30hbc202020
Sebuah tips cara membuat kolak pisang yang enak dan rupawan untuk anda nikmati sendiri (karena kalau menunggu kamu punya pasangan masih lama)
Untuk bahan dan alat geser foto.
Cara membuat, ikuti langkah berikut.
(kecuali anda laki-laki belajar lah menjadi imam, karena langkah anda suatu saat akan di ikuti)
1. Panen, Cuci dan kukus pisang selama kurang lebih 10 menit sampai matang. Setelah matang kupas pisang dan luruskan niat anda untuk membuat kolak pisang agar tidak berubah niat memilih orang lain.
2. Sembari pisang dikukus, blender 2 ikat daun pandan lebar dengan air 250ml, peras dan saring.
3. Campur santan, air daun pandan, tepung beras, dan tepung terigu. Masukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk agar tidak menggumpal.
4. tambahkan gula, pasta pandan, aduk lagi sampai rata. (Tambah sedikit senyuman dan niat baik agar hubungannya menjadi nyaman)
5. kukus adonan dalam wadah tahan panas selama 20 menit.
6. pipihkan adonan di atas kertas minyak. Isi dengan pisang lalu tutup dengan adonan. Rapikan bentuknya dengan plastik.
7. Tata daun pisang di atas wadah datar tahan panas lalu letakkan adonan pisang ijo dan beri jarak. Kukus 15 menit. Jika telah matang, angkat dan dinginkan. (Ets.. tunggu dulu, ini kan kolak? kok jadi pisang ijo? coba scroll ke atas, tadi saya tdk salah tuliskan?)
8. Sembari menunggu matang. Kita akan membuat vla. Masukkan semua bahan dalam panci dan masak dengan api kecil. Aduk terus sampai mendidih dan vla mengental. Ini paling kelihatan mudah tapi menentukan rasa jd jgn anggap remeh (Ehhh.. Sorry ternyata ini cara buat pisang ijo, maaf. Hehehe. Kalau mau buat kolak pisang juga sudah terlanjur hampir selesai)
9. Terakhir. Untuk menghidangkan. Jgn lupa cari teman untuk makan, jgn sendiri. Kasihan. Lanjut letakkan beberapa sendok vla sesuai selera, potong-potong pisang hijau dan tata di atas vla. Beri potongan es (lebih enak yang dihancurkan, karena es batu bukan hati yang harus selalu utuh) lalu siram dengan sirup coco pandan dan susu kental manis.
(Selamat berproses, dan terima kasih sudah membaca)
#30haribercerita
#30HBC20tips
#30HBC2021
Terhitung sejak hari pertama aktifitas bercerita ini saya ikuti, bunyi lonceng tahun baru mengawali perkenalan kita.
Berawal dari direct message yang ku tanggapi bercanda, hingga spontanitasmu dalam menilai seseorang sedikit mengherankan. Baru pertama kali saya berkenalan dengan seseorang yang dengan mudah menghakimi saya,
"Dilihat dari cerita anda, terlihat egois dan tidak peka adalah sifatmu". katamu di hari kedua percakapan kita.
Saya bingung membalasnya dengan bahasa yang tepat. Ku pilih tak membalas. Akunmu juga tampaknya hanya kumpulan frasa-frasa. Sebuah akun anonim.
Hari berikutnya saya mengomentari cerita yang kamu tulis dan tak ada tanggapan darimu.
Sampai pada suatu cerita yang membuatmu mengirim sebuah teks panjang lebar karena tak sepakat dengan opiniku.
Singkat cerita, ku minta akun pribadimu. Sekarang aku paham mengapa engkau membuat akun anonim. Kali ini aku yang menghakimimu.
"salah satu ciri orang memiliki penyakit mental adalah mempunyai lebih dari satu akun dalam sebuah media sosial", kataku dengan menyertakan beberapa artikel.
Hal kedua yang mengherankanku adalah followersmu ribuan. Aku memilih tak ikut menjadi salah satu followers akun pribadimu. Aku beranggapan perkenalan kita tak akan terlalu jauh. Alasan lainnya, aku tak terlalu aktif di media sosial ini. Akhir bulan, setelah kegiatan bercerita ini selesai, aplikasi instagram akan kembali saya hapus seperti sebelumnya.
Ternyata garis hidup berkata lain, setelah beberapa kali bertukar sapa, pertemuan kita sepertinya diizinkan semesta. Sebuah pertemuan yang biasa.
Buku, penyakit mental, media sosial, serta sifat manusia adalah tema percakapan kita. Perjumpaan kita hari ini ditutup dengan sebuah ajakan yang ku tolak sebab sudah tak tahan dengan pendingin ruangan.
Kita akhirnya permisi, kau yang berjanji ikut nonton bersama teman-temanmu di tempat yang sama dan aku yang ingin segera membakar sesuatu.
(Maaf jika sesekali ku tunjukkan ekspresi yang aneh. Pendingin ruangan dan lebam di bawah mata memang sangat mengganggu)
#30HBC2022
#30haribercerita
@30haribercerita
Lebam. Beberapa mengira-ngira ceritanya masih bersambung. Maka dari itu ku ucapkan, "Terima kasih untuk apresiasinya, janji menceritakannya sudah ku tunaikan, walau cuma secuil".
Seperti kata teman saya, "Let them think what they want to think". Hahahaa. Aku suka mengecoh pikiran orang. Mari menjahili.
Sebetulnya saya bukan orang yang jahil, hanya sedikit suka menjahili. Itu juga saya lakukan kadang-kadang. Kejahilan saya juga cukup standart. Membajak akun saudari saya misalnya.
Kejahilan ini sudah jarang saya lakukan, sebab saudari saya @mumu_muthiamutmainnah sekarang sedang melanjutkan studi magisternya di Taiwan. Walaupun sebenarnya saya bisa menjahilinya sesekali sebab saya tahu password akun instagramnya. Mungkin besok, kalau saya sedang tidak malas.
Saya punya janji menuliskan tentang dia, sekalian saja saya tunaikan. Namun, saya masih berpikir cerita apa yang bisa ku tulis. "Aibnya sepertinya menarik", pikirku. Tapi saya lagi malas berdebat dan disuruh-suruh untuk menyunting tulisan ini nantinya.
Mari kita cerita tentang beberapa kebiasaannya yang sedikit menjengkelkan. Kebiasaan berbahasa. Kebiasaan mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sebentar lagi akan dicampur bahasa mandarin. (Nanti kita bahas ini lebih jauh. serius)
Selanjut kebiasaan tidur. Bagi orang lain tidur adalah istirahat, bagi dia adalah passion. Kebiasaan ini menjengkelkan sebab dia hampir tak bisa diharapkan dalam membuka pintu pagar dan rumah ketika saya pulang tengah malam.
Tidurnya sepeti beruang hibernasi. Mungkin dia berharap bertumbuh semakin tinggi. Namun sepertinya itu hanya mimpi. Tidurnya sudah pada tahap yang walaupun Hitler berpidato di sebelahnya dia tak akan terbangun. Dia akan bangun ketika McD sudah buka.
Kebiasaan berikutnya, jangan berharap pada dia membalas pesan atau mengangkat telepon dengan segera. Lebih baik kau berharap pada @psm_makassar segera juara tahun ini. Sepertinya itu lebih masuk akal.
Berikutnya bukan kebiasaan. Dia tidak bisa masak. Dispenser bahkan lebih baik dari dia dalam memanaskan air. Rasa mie instan tak akan sama lagi ketika di tangannya.
#30hbc2023
#30haribercerita
Aku pulang sebanyak aku pergi.
Dari ayah seorang guru sejarah dan ibu seorang guru Bahasa dan sastra Indonesia, Hal itu membuatku punya ketertarikan khusus terhadap dua hal tersebut.
Setidaknya jika kemampuan akademik ku jauh di bawah saudara-saudaraku, aku tidak ingin malu dengan dua hal tersebut. Aku memang paling bodoh diantara kami. Seperti pada ceritaku di hari ke-12.
Aku pulang sebanyak aku pergi.
Ayahku berasal dari daerah pesisir pantai. Ibuku berasal dari daerah pegunungan. Dua keindahan yang bersatu. Mungkin itu sebabnya aku senang berlama-lama duduk di tepian pantai dan berjalan mengunjungi puncak-puncak gunung. Kegiatan yang jadi terapi untuk mengingat asal-usulku.
Tamat sekolah dasar. Meninggalkan kehangatan rumah demi melanjutkan studi. Anak seusiaku merindukan rumah pasti bingung harus berbuat apa. Kadang kami tertidur dengan dada sesak menahan tangis agar tak bersuara dan terdengar oleh teman seasrama.
"Tugasku belum selesai, jalanku masih panjang”
Kalimat ini sering ku tulis di halaman pertama buku pelajaranku dan entah berapa kali terus ku ulang-ulang. Ku tulis atau pun ku ucapkan dalam hati.
Saya lupa kalimat itu berasal dari mana, aku tak yakin anak seusiaku bisa menciptakan kalimat sebaik itu. Bisa jadi itu kalimat dari seorang guru atau ku baca di suatu tempat. Saya benar-benar lupa.
(Time skip)
Aku akhirnya memiliki kebiasaan bepergian. Memilih belajar dalam perjalan merupakan cara yang ku ambil mengenal diri sendiri. Melepas sifat remaja yang arogan, ingin dipuji, sok tahu, dan bermacam-macam sifat yang menjengkelkan. Bertemu orang-orang dan menghadapi banyak keadaan dan mengumpulkan banyak cerita. Semakin jauh melangkah semakin aku percaya, kebaikan dan keajaiban Tuhan jelas ada dimana saja.
Manusia.
Semua orang bisa (terlihat) baik dalam tulisan dan perkataan,
Semua orang bisa (terlihat) baik dalam tingkah laku dan perbuatan.
Namun untuk (terlihat) baik dalam pikiran dan niatan,
manusia hanya berurusan dengan Tuhan dan dirinya sendiri, sebab di titik ini pencitraan tak pernah berlaku.
Jadilah baik!”
#30HBC20mantra
#30HBC2024
#30haribercerita
Kau mencintaiku, masih mencintaiku, dan akan terus mencintaiku.
Setelah kau meminta aku dari hidupku.
Ada harga yang harus kau bayar.
Sekarang dia menjelma kutukan,
Aku tak tahu engkau sadar atau tidak ketika memintanya, tapi sepertinya engkau sedang sibuk jatuh cinta saat itu.
Itulah kutukan yang ada padamu.
Kutukan itu semakin hari semakin kuat, tanpa kau tahu cara melepaskannya. Kadang kutukan tersebut membuatmu bahagia, kadang membuatmu sesak. Aku tahu itu tapi aku tak bisa melepasnya. Bukan tak mau namun tak bisa sebab aku telah kau minta dari diriku.
Kutukan ini terus menjelma dalam berbagai bentuk. Kau pun telah memahami itu, namun juga tak berani mengembalikan aku pada diriku. Seandainya pun diriku datang meminta aku kembali, aku tak yakin kau akan sanggup melepas aku yang telah kau minta.
Aku tak yakin apakah kutukan itu menjelma racun. Sebuah racun yang telah terbiasa kau nikmat dan menjadi candu. Jika tebakanku benar, artinya kutukan itu sudah bersatu dengan dirimu.
Ku beri kau saran untuk terlepas dari kutukan itu, jadilah kejam. Mungkin itu adalah satu-satunya cara terbaik. Buang apa yang telah kau minta, biarkan saja terlantar seperti perahu tanpa awak. Tanpa tuan.
Mungkin saja kau akan membenci dirimu. Mungkin. Setiap orang punya sisi kejamnya masing-masing dan itu memang sangat menyebalkan. Tapi itulah cara terbaik.
Maka jadilah jahat!
Jangan pernah pedulikan aku. Lepaskan kutukannya. Bebaskan dirimu. Kembalikan dirimu yang dulu. Sekali lagi, saran ini adalah cara terbaik yang ku pikirkan walau pun tak yakin.
Sebab dirimu yang dulu juga jatuh cinta padaku. Kau mencintaiku, masih mencintaiku, dan akan terus mencintaiku.
#30haribercerita
#30HBC2025
Budi membacakan anaknya sebuah pesan yang baru ia terima. Sebuah pesan dari grub whatsapp. Ia kerap meminta anaknya untuk mengkonfirmasi sebuah berita sebab ia tak lagi percaya media televisi dan media sosial setelah sebuah kejadian beberapa tahun silam. Sang anak merupakan orang yang bekerja di bidang jurnalistik. Anaknya kini menjadi sumber berita yang paling valid menurutnya.
Kejadian itu menjadi awal kebangkrutannya di dunia bisnis. Berawal dari sebuah berita yang beredar di media sosial hingga terangkat ke media tv. Sebuah bom telah terpasang di pasar A dan akan segera meledak. Dalam waktu beberapa menit saja keadaan sudah menjadi chaos. Tim gegana dari kepolisian menyisir tiap sudut namun sesuatu yang paling potensial menimbulkan ledakan yang mereka temukan hanya petasan sisa tahun baru dalam kaleng Khong Ghuan.
Hari itu ternyata terjadi pencurian besar-besaran. Keadaan yang panik dan chaos dimanfaatkan sebagai moment untuk merampok atau bisa jadi sengaja dibuat untuk strategi dalam merampok oleh oknum tertentu. Salah satu korbannya adalah keluarga budi
.
Di korea, Ani sedang menikmati liburannya. Untuk orang yang baru pertama kali bertemu musim salju ia mengalami kesulitan dalam beraktifitas. Untuk membuka pesan di handphone saja ia malas sebab harus membuka sarung tangan. Namun kali ini ia menyerah, ia harus segera sebab sudah empat buah pesan yang di kirim ayahnya.
.
.
"Saya baru dapat berita dan sudah dikonfirmasi kakakmu”
“katanya, BMKG mencatat aktivitas seismik tidak lazim yang berpusat di Korea Utara”
“apa kah di sana aman-aman saja?”
“ayah khawatir. Segera menelepon jika ada waktu”
Kali ini Ani sedikit kesal. Berita itu memang benar tapi kakaknya tahu ia hanya berlibur di seoul korea selatan, bukan korea utara. Kini ani akan repot menjelaskan pada ayahnya bahwa korea itu ada di utara dan ada yang di selatan, tapi tidak sama dengan sulawesi utara dan sulawesi selatan. Ia curiga kakaknya membuat situasi ini sebagai balas dendam. Ani belum mengganti saldo di aplikasi ojek online kakaknya untuk memesan makanan sebelum berangkat karena ia buru-buru, belum packing, lapar, dan belum top up.
#30HBC20mengarang
Aku dikirim bersekolah cukup jauh dari rumah. Bertumbuh dengan orang-orang yang solid hingga hari ini menjadi salah satu support sistem yang baik yang ku miliki. Selalu seru. (sorry, kumpul-kumpul terakhir saya absen)
Orang-orang datang silih berganti dalam hidupmu. Kita ibarat tempat wisata dengan pengunjung yang beragam. Ada yang datang untuk berfoto, ada karena penasaran. Ada yang datang karena cukup sepi, ada karena di ajak orang. Ada yang datang karena tempat yang cukup nyaman untuk berkeluh kesah, ada karena terpaksa. Ada yang datang karena menguntungkan, ada yang sekadar lewat. Beragam alasan.
Memilih kembali pulang atau tidak, itu tidak menjadi masalah. Menjadi masalah ketika ia datang dengan vandalisme.
Orang-orang datang dan pergi. Namun pengunjung yang baik akan meninggalkan bekas yang baik, tanpa meninggalkan sesuatu yang buruk. Dan yang paling baik, datang memberi kesan yang baik, tidak meninggalkan sesuatu yang buruk dan turut membantu membersihkan yang buruk yang ditinggalkan orang lain demi keberlangsungan dan keindahan tempatmu kedepannya. Anda ku kategorikan sebagai yang terakhir. Bermanfaat bagi alam semesta. (ini saya lagi memuji, tolong apresiasinya! Hahaha).
Ibarat tempat wisata, tempat tersebut selalu berharap yang datang layaknya anda. Pengelolah dengan senang hati menyambut, walau hanya datang melempar keluh kesah. Tak sering berkunjung juga tak masalah. (kalau sering nanti pengunjung lain akan minder, soalnya anda selalu heboh.) kalau semua pengunjung minder nanti tidak ada yang menetap. Kasihan saya, tidak ada yang urus. hahaha.
Sepertinya penggambaran ini sudah pas buat anda. Sebagai anak parawisata, semoga anda paham. Saya tak bisa menulis terlalu detail, nanti jatuhnya garing dan menjilat. Takut ada yang salah paham (bukan dari pihak anda, tapi dari pihak saya).
tribute to @nidafaridarahim
.
.
(catatan buat yusuf: jika kau besar nanti tolong maafkan ibumu, dia hanya mama-mama instagram seperti pada umumnya, gemar mengeksploitasi anak demi konten story instagram. Hahaha)
#30HBC2027
#30haribercerita
Paras yang ku kenal tepat di hadapanku.
Akan.
Memasang wajah teramah,
Berdeham memperbaiki pita suara, mengonsep sedikit sapaan.
Siap.
Berusaha siap tepatnya.
Namun engkau tersenyum lebih dulu.
Aku mati akal.
#30haribercerita
#30HBC2028
@30haribercerita
#30katabercerita
Setelah sedikit santai dan berusaha menulis cerita untuk hari ini. Ku hapus tulisan yang semalam yang telah siap dipublikasi.
Ini bukan kejadian pertama kali. Aku sudah pernah membakar banyak sekali puisi. Di lembaran kertas A4 untuk laporan mata kuliah yang harus ku ulangi. Ku tulis dengan mesin tik warisan kakak yang sudah selesai. Rumus-rumus teknik berganti menjadi kata dalam puisi.
Puisi yang ku tulis merupakan buah dari kebodohan yang ku sesali. Sebenarnya bisa ku simpan untuk mengingatkan diri. Tapi ku pilih cara lain sembari belajar menahan hati.
Hari ini terulang lagi. Pikiranku menjadi bodoh tak mampu mengambil kesimpulan yang baik hingga kembali lalai. Jatuh di liang yang membuatku hampir ditertawai. Seperti terakhir kali.
Setelah kalang kabut menerka apa yang terjadi, malam tadi aku mencoba menenangkan diri. Bukan takut dinilai, hanya tak ingin tulisanku kelak akan ku sesali. Bagiku kebodohan yang dituang dalam kata akan mencemari.
Ingin ku mulai lagi dari awal seperti tak ada sesuatu yang terjadi. Namun sepertinya itu tak akan mungkin lagi. Mungkin aku sebagai laki-laki yang tak mampu memahami. Terlalu lemah jika aku merasa dilukai. Tak ada yang ingin ku salahi. Aku hanya ingin berdamai. Dalam keadaan ini kita adalah orang-orang yang berani. Memilih jalan secara mandiri.
Suatu hari jika engkau telah sadar jalan yang kau lalui, aku ingin menjadikan ini sebagai sesuatu yang bisa kita bercandai. Duduk bercerita tanpa tak ada dari kita yang ingin pergi. Melarikan diri. Meninggalkan masalah yang tak selesai.
Kita hanya perlu berkomunikasi.
Bukan menutup diri.
Jika ada maaf yang belum terpenuhi, mungkin itu salahku tak memulai.
Aku betul-betul ingin menjabat tanganmu bersama doa yang menyertai. Aku sungguh-sungguh telah berbesar hati.
Ku akhiri.
Jika kali ini kau merasa kita punya cerita yang siap dibagi,
Sudikah kamu menjawab sapa ku ini?
Sapa akhir januari.
Salam wahai hati yang berdamai.
Apa kabarmu hari ini?
#30HBC2029 #30haribercerita
@30haribercerita
Saya tiba di kota ini pukul 22.35. Disambut hujan dan lapar serta rasa panik. Handphone yang tiba-tiba bermasalah selama perjananan membuat sedikit pusing. Sepertinya handphoneku juga ikut istirahat. Semesta betul-betul merancang saya untuk beristirahat bermedia sosial. saya memang belum menulis apa-apa hari ini karena sibuk mempersiapkan bawaan untuk bepergian. Sebuah paduan kejadian-kejadian yang membuat hari ini cukup menjadi drama.
tiba lalu mencari makan biar perut tak lagi berontak, ku pilih warung terdekat dengan kediaman. Setelah logistik terpenuhi sekarang giliran logika yang berjalan. Setelah cukup kondusif, ku cari solusi cara mengunggah postingan di instagram melalui pc. Pepatah lama mengatakan, “logika tanpa logistik, bukan anarkis dong, hahaha anarkis butuh tenaga bung! Makanya ikut demo”.
Sepertinya yang paling tepat adalah “lapar rese’ kenyang bego”. Seperti tulisan ini, saya tulis sambil mencari selipan daging di antara gigi yang jika dicari pakai lidah ketemu namun ketika dicari menggunakan jari, entah bersembuyi dimana. Alhasil keyboard laptop saya sudah bercampur bau liur. Hahaha.
Seperti tujuan awal saya ikut #30haribercerita, ternyata semesta ikut mengaamiini. Saya diminta rehat dengan drama yang semoga tak terlalu memakan ongkos. Tabungan saya belum cukup untuk membeli gawai yang baru. Semesta membantu saya tetap konsisten, sama konsistennya dengan selipan daging di graham yang dari tadi belum ketemu. Saya harus menekan tombol backspace cukup sering karena jari kadang tergelincir liur sendiri.
Ku genapkan tulisan ini hingga mencukupi karakter yang disediakan kolom caption instagram. Tak masalah kalian membaca tulisan tak jelas ini cukup lama, namanya juga hari terakhir dari rangkaian 30 hari bercerita. Biar sedikit berisi, ku beri sedikit pesan moral. Sebuah petuah dari penulis favorit saya, Pramoedya Ananta Toer”
“Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan”
Terima kasih telah menyertai ceritaku sehingga menjadi lebih hidup. Salam teriring doa.
#30hbc2030
#30haribercerita
#30hbc20istirahat
@30haribercerita
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment