salam

instagram : @i_d_h_o

Monday, November 26, 2012

Hadiah dari teman, "sebuah Cermin"



tulisan ini terinspirasi dari hadiah dari seorang teman..!!
sebuah hadiah seperti layaknya cerminan dunia terhadapmu. mungkin ini yang disebut melihat diri sendiri dengan mata orang lain. Ini hanyalah cermin kecil, namun cukup berarti. langkah kedepannya sebaiknya saya dan pembaca lebih memperluas lagi cermin dunia agar lebih banyak lagi sesuatu yang bisa kita dapatkan untuk diri sendiri dan lebih menghargai sesama..
 Hal sederhana namun cukup sulit untuk aku tuliskan. Banyak hal yang berarti bagi saya akan penghargaan ini dan saya harap bermanfaat juga bagi para pembaca. Ini semacam penghargaan besar bagi saya dari seorang teman. untuk judul penghargaannya dan logo penghargaanya, saya rasa cukup feminine.. (mungkin karena yang member penghargaan seorang perempuan.. hehehe) tapi itu tak jadi masalah.. judulnya the Liebster Award..  dan untuk logonya saya tak cukup kuat untuk menampilkannya.. hehehe.. jadi saya menampilkan gambar yang menurut saya sesuai dengan makna tulisan ini..

Saturday, November 17, 2012

Cerita Pagi

Mentari belum juga menyapa, sebab awan hitam yang menggembung pagi ini mengambil alih perannya. Awan hitam akhir-akhir ini selalu menjadi juara. Terdepan dan memberi sapaan-sapaannya pagi akhir-akhir ini. Aku mulai membuka jendela jiwaku  mencoba meresapi instrument yang di berikan pagi ini kepada segenap manusia yang mungkin tak peduli dengan dirinya.

Mata ini terpejam dan mulai merasakan belaian dari sahabatku. 
Perkenalkan sahabatku, pagi dengan sapaan-sapaannya yang selalu saja menenangkan jiwa dengan kemesraan-kemesraan yang ia berikan. Sahabat setia yang selalu menyambut kala terbangun dari peraduan. 
Namun kadang kala aku yang sengaja menunggunya terbangun dari peraduannya. Nantilah aku ceritakan mengapa aku dan pagi bisa bersahabat dan nantilah aku perkenalkan dengan sahabat sahabatku yang lain.

Angin bertiup membelai dengan indah dan mataku pun mulai terbuka diiringi satu tarikan nafas panjang untuk memulai coretan pertamaku hari ini. Sembari membuka jendela aku mengambil segelas kopi hangat yang sedari tadi memang sengaja aku siapkan. Tak lengkap rasanya pagi jika kopi hangat tak menemani. Selanjutnya aku duduk di depan  jendela yang masih berembun. Menikmati apa yang aku lakukan pagi ini merupakan sebuah langkah yang menentukan hariku untuk sampai ke peraduaan lagi…

Saturday, November 10, 2012

(. . .)


Aku kadang lupa terhadap . . . ketika bersama dengan kegembiraanku. Kegembiraan bagai hijab yang menutup akal dan menenggelamkan. Akhirnya . . . pun tersisihkan.

Aku kadang sombong terhadap . . .  ketika bersama dengan kekayaanku. Sebab jiwaku telah dipenuhi keserakahan akan yang aku milikiku.

Aku kadang tak ingin mendekati . . . ketika bersama dengan keindahan materiku. Keindahaan materiku bagai tak ingin diganggu dan dikotori dengan hal yang lain. Keindahan materiku mengangkat dirinya sebagai raja dalam diriku. Berkuasa dan merajai yang lainnya.

Aku kadang tak ingin ditemani . . .  ketika bersama dengan kesedihanku. Kesedihanku memaksaku untuk sendiri dan tak ingin ditemani dengan apapun juga. Mengurung diriku dalam kesepian yang memburamkan.

Namun ketika kususuri waktu perjalanan hidupku aku sadar dan kembali ingin merangkul . . . , sebab Hanya Waktuku lah yang tahu bagaimana kualitas dari . . .  itu sendiri.

Bersama waktu. Rangkullah, milikilah, kembalilah, dekaplah, dan hiduplah bersama dengan . . ..

Tuesday, November 6, 2012

kutipan "sabda dari persemayaman" by TM. Dhani Iqbal


wardoyo...!
wardoyo...!

lama kita tak bersua
kau lupa tempat apakah ini
universitas bukan pasar
kau pikun wardoyo
kau lacurkan profesimu
otakmu di mana wardoyo
mana nuranimu

ingat wardoyo
sudah lama kita tak berperkara
kalau kau tidak cari perkara
aku yang cari perkara

(satar)

Kabut Jiwa


Perjalanan di dalam waktu
Jejak langkah yang menempel di atas ruang.
Perjalanan yang di temani suara-suara angin lembah.. nyanyian-nyanyian yang memburu waktu..
Bisik-bisik angin sayup terdengar pelan melepaskan angan ..
Melayang bagai kabut yang berhembus di sela-sela hutan.
Menyusuri tapak-tapak kerinduan pada SANG KHALIQ.