salam

instagram : @i_d_h_o

Tuesday, November 6, 2012

kutipan "sabda dari persemayaman" by TM. Dhani Iqbal


wardoyo...!
wardoyo...!

lama kita tak bersua
kau lupa tempat apakah ini
universitas bukan pasar
kau pikun wardoyo
kau lacurkan profesimu
otakmu di mana wardoyo
mana nuranimu

ingat wardoyo
sudah lama kita tak berperkara
kalau kau tidak cari perkara
aku yang cari perkara

(satar)


………………………………………………………………………………………….

-apa itu cinta, satar?

- wah pertanyaan kamu sulit. tapi menurutku cinta hanyalah cikal bakal reproduksi tenaga kerja

-benarkah demikian? apakah itu batas dari verifikasi cinta?  atau karena cinta tidak bisa di verifikasi? dan karenanya kamu menjawab hanya sebatas pandangan?

- kau pintar, va. itu memang hanya sebuah jawaban  kritis yang berasal dari indrawi. tapi kalu aku harus jujur, berarti aku harus berbohong. andaikata hidup hanayalah semata masalah kuantitas yang menjadi sahabat sejati indrawi, maka kejujuranlah yang memerintahkanku untuk tidak jujur. mungkin tidak ada yang bisa kukatakan tentang itu. tidak ada simbolnya.

(kutipan percakapan satar dan eva)
………………………………………………………………………………………….





tak satu satu membilangnya
sekali seribu pun tak sanggup
suara suara dewa membuatnya tertawa
puih!
berlalu dengan angkuhnya
    
     ia diciptakan oleh Tuhan
     bukan penerus ajaran-ajaran dulu
     dirinya bukan pengagum keindahan
     tak guna memelihara kemapanan

ia diciptakan oleh Tuhan sekalian alam
tak menuruti kata-kata firmsn
puih!
gersang dan tak berasa
pencariaannya tak pernah usai

(begitulah katanya dan dia oleh: moses)
………………………………………………………………………………………….


AKULAH MAKNA ITU ! KITALAH MAKNA ITU !
KAULAH MAKNA ITU ! KALIANLAH MAKNA ITU !
………………………………………………………………………………………….


  batu, tanah, manusia, air, udara, jiwa, api, matahari, planet, cinta, nyamuk, dan semua yang Ada adalah bersaudara. Kita semua berada dalam jaring kehidupan yang berdasarkan atas hukum Kesadaran Irasionalitas Absolut. Semua bentuk memiliki kesadaran dan rasionalitasnya masing-masing yang menjadikan ia telah sempurna menjadi bagiannya. tapi dengan adanya kehendak, di mana manusia mustahil tidak menggunakannya kesadaran absolut itu terpasung.

  sesungguhnya, rasionalitas makhluk adalah keping-keping Irasionalitas yang menyublin dalam dirinya sendiri. karenanya rasionalitas tetap akan terbungkam dalam kuasa Irasionalitas. Irasionalitas adalah Maha Kuasa. dan dengan ini aku memutuskan untuk berpihak total pada Irasionalitas. Aku akan bergabung dengan keseluruhan. Aku akan menjadi super kognitar. Aku tidak akan hilang. Aku hanya menyebar. Sebab apa pun yang kau pikirkan, aku berada di sana. napasku akan terus mengelilingi semesta.

  Mama, dan juga Papa. Terima kasih telah melahirkanku  ke tempat ini. sekarang aku telah kembali dalam rahimmu yang suci, meski kau tak menyadarinya. sama seperti ketika kau belum menyadari dalam minggu pertama bahwa aku telah dalam diriMu. tapi di duniaku sekarang, dimensi dan waktunya berbeda jauh, hingga semuanya tampak sama.

 dan Eva, bila tiba waktunya, kau kujemput dengan napasKu?

(catatan terakhir Satar)

………………………………………………………………………………………….

            satar !
        satar !
        aku Moses !

kau lahir dan mati demi sebentuk cipta
kau pendobrak yang kuimpikan
kau ditanam
bumi terdiam
dan tanah makam terkesiap
seperti terjaga
seperti mengubur butir cahaya dalam jasad
tanah

sekarang benda-bendaa angkasa raya membara
terbakar kabar berita
kau menjelma Satar
kau menjelma menjadi ruang
kau menjelma menjadi waktu

wahai sang pencari
darah perjuangan terus mengalir
mengisi nisan batu
mengguratkan sajak nama

selamat jalan Satar

        (moses, puisi untuk satar)

………………………………………………………………………………………….

sesungguhnya puisi itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian
bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku

suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan !

sesungguhnya suara itubukan perampok
yang ingin merayak hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?

sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akam memburumu sepert kutukan !

(puisi wiji thukul)

No comments:

Post a Comment