wardoyo...!
wardoyo...!
lama
kita tak bersua
kau
lupa tempat apakah ini
universitas
bukan pasar
kau
pikun wardoyo
kau
lacurkan profesimu
otakmu
di mana wardoyo
mana
nuranimu
ingat
wardoyo
sudah
lama kita tak berperkara
kalau
kau tidak cari perkara
aku
yang cari perkara
(satar)
………………………………………………………………………………………….
-apa itu cinta, satar?
- wah pertanyaan kamu
sulit. tapi menurutku cinta hanyalah cikal bakal reproduksi tenaga kerja
-benarkah demikian?
apakah itu batas dari verifikasi cinta? atau karena cinta tidak bisa di verifikasi? dan
karenanya kamu menjawab hanya sebatas pandangan?
- kau pintar, va. itu
memang hanya sebuah jawaban kritis yang
berasal dari indrawi. tapi kalu aku harus jujur, berarti aku harus berbohong. andaikata
hidup hanayalah semata masalah kuantitas yang menjadi sahabat sejati indrawi,
maka kejujuranlah yang memerintahkanku untuk tidak jujur. mungkin tidak ada yang
bisa kukatakan tentang itu. tidak ada simbolnya.
(kutipan
percakapan satar dan eva)
………………………………………………………………………………………….
tak
satu satu membilangnya
sekali
seribu pun tak sanggup
suara
suara dewa membuatnya tertawa
puih!
berlalu
dengan angkuhnya
ia diciptakan oleh Tuhan
bukan penerus ajaran-ajaran dulu
dirinya bukan pengagum keindahan
tak guna memelihara kemapanan
ia
diciptakan oleh Tuhan sekalian alam
tak
menuruti kata-kata firmsn
puih!
gersang
dan tak berasa
pencariaannya
tak pernah usai
(begitulah katanya dan dia oleh:
moses)
………………………………………………………………………………………….
AKULAH
MAKNA ITU ! KITALAH MAKNA ITU !
KAULAH
MAKNA ITU ! KALIANLAH MAKNA ITU !
………………………………………………………………………………………….
batu, tanah, manusia, air, udara, jiwa, api,
matahari, planet, cinta, nyamuk, dan semua yang Ada adalah bersaudara. Kita semua
berada dalam jaring kehidupan yang berdasarkan atas hukum Kesadaran Irasionalitas
Absolut. Semua bentuk memiliki kesadaran dan rasionalitasnya masing-masing yang
menjadikan ia telah sempurna menjadi bagiannya. tapi dengan adanya kehendak, di
mana manusia mustahil tidak menggunakannya kesadaran absolut itu terpasung.
sesungguhnya, rasionalitas makhluk adalah
keping-keping Irasionalitas yang menyublin dalam dirinya sendiri. karenanya
rasionalitas tetap akan terbungkam dalam kuasa Irasionalitas. Irasionalitas
adalah Maha Kuasa. dan dengan ini aku memutuskan untuk berpihak total pada
Irasionalitas. Aku akan bergabung dengan keseluruhan. Aku akan menjadi super kognitar.
Aku tidak akan hilang. Aku hanya menyebar. Sebab apa pun yang kau pikirkan, aku
berada di sana. napasku akan terus mengelilingi semesta.
Mama, dan juga Papa. Terima kasih telah
melahirkanku ke tempat ini. sekarang aku
telah kembali dalam rahimmu yang suci, meski kau tak menyadarinya. sama seperti
ketika kau belum menyadari dalam minggu pertama bahwa aku telah dalam diriMu.
tapi di duniaku sekarang, dimensi dan waktunya berbeda jauh, hingga semuanya
tampak sama.
dan Eva, bila tiba waktunya, kau kujemput
dengan napasKu?
(catatan terakhir Satar)
………………………………………………………………………………………….
satar
!
satar !
aku Moses !
kau
lahir dan mati demi sebentuk cipta
kau
pendobrak yang kuimpikan
kau
ditanam
bumi
terdiam
dan
tanah makam terkesiap
seperti
terjaga
seperti
mengubur butir cahaya dalam jasad
tanah
sekarang
benda-bendaa angkasa raya membara
terbakar
kabar berita
kau
menjelma Satar
kau
menjelma menjadi ruang
kau
menjelma menjadi waktu
wahai
sang pencari
darah
perjuangan terus mengalir
mengisi
nisan batu
mengguratkan
sajak nama
selamat
jalan Satar
(moses, puisi untuk satar)
………………………………………………………………………………………….
sesungguhnya
puisi itu tak bisa diredam
mulut
bisa dibungkam
namun
siapa mampu menghentikan nyanyian
bimbang
dan
pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara
itu tak bisa dipenjarakan
di
sana bersemayam kemerdekaan
apabila
engkau memaksa diam
aku
siapkan untukmu: pemberontakan !
sesungguhnya
suara itubukan perampok
yang
ingin merayak hartamu
ia
ingin bicara
mengapa
kau kokang senjata
dan
gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?
sesungguhnya
suara itu akan menjadi kata
ialah
yang mengajari aku bertanya
dan
pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau
harus menjawabnya
apabila
engkau tetap bertahan
aku
akam memburumu sepert kutukan !
(puisi wiji thukul)
No comments:
Post a Comment