Mentari
belum juga menyapa, sebab awan hitam yang menggembung pagi ini mengambil alih perannya.
Awan hitam akhir-akhir ini selalu menjadi juara. Terdepan dan memberi
sapaan-sapaannya pagi akhir-akhir ini. Aku mulai membuka jendela jiwaku mencoba meresapi instrument yang di berikan
pagi ini kepada segenap manusia yang mungkin tak peduli dengan dirinya.
Mata ini
terpejam dan mulai merasakan belaian dari sahabatku.
Perkenalkan sahabatku,
pagi dengan sapaan-sapaannya yang selalu saja menenangkan jiwa dengan kemesraan-kemesraan
yang ia berikan. Sahabat setia yang selalu menyambut kala terbangun dari
peraduan.
Namun kadang kala aku yang sengaja menunggunya terbangun dari
peraduannya. Nantilah aku ceritakan mengapa aku dan pagi bisa bersahabat dan
nantilah aku perkenalkan dengan sahabat sahabatku yang lain.
Angin
bertiup membelai dengan indah dan mataku pun mulai terbuka diiringi satu
tarikan nafas panjang untuk memulai coretan pertamaku hari ini. Sembari membuka
jendela aku mengambil segelas kopi hangat yang sedari tadi memang sengaja aku
siapkan. Tak lengkap rasanya pagi jika kopi hangat tak menemani. Selanjutnya
aku duduk di depan jendela yang masih
berembun. Menikmati apa yang aku lakukan pagi ini merupakan sebuah langkah yang
menentukan hariku untuk sampai ke peraduaan lagi…
No comments:
Post a Comment