salam

instagram : @i_d_h_o

Friday, February 8, 2013

jangan pernah tersinggung ketika aku menuliskan ini dengan tersenyum. (Bagiku tanpa judul)


Entah kau salahkan mata, entah kau salahkan telinga, di bangku yang beralaskan serbuk bunga-bunga surga yang engkau duduki tanpa sadar. Dia tak akan tumbuh. Di depan meja tanpa sudut kau jatuhkan tanganmu tanpa tahu meja itu terbungkus warna-warna indah yang dibawa malaikat. Kau tumpahkan pula sisa susu yang kau minum malam ini. Ini bukan pertama kali bagimu, bukan yang pertama kali engkau tak sadar tempatmu.  

Bergumam kau dalam lamunmu, mengapa tak berteriak sekalian saja??
walau engkau mungkin berteriak sekali pun mungkin engkau tak mampu mendengar suaramu sendiri.
entah menyalahkan siapa??


Kau terbang melayang melintasi imaji-imaji semu. Awan kelam, menangis.. aku berpikir, apa yang ia tangisi?? Engkau kah? Tempatmu kah? Ataukah aku yang mengatahui ini, ku ketahui tanpa ku tahu mengapa aku bisa tahu.

Ini lah kecemerlangan hidup, seperti lampu di taman rumahmu..

sebuah kerajaan hidup yang pernah engkau banggakan di tahta singgasana yang kau sebut bahagia.
engkau tak pernah tahu, siapa yang memimpinmu..

hakikat tak bernilai, dan engkau tak pernah tahu semua dengan siapa engkau berayun di taman bunga itu. Ini lebih bernilai bagiku, setidaknya mampu aku tuliskan dan mengajarkan sesuatu padaku..
“kau mengajariku menjadi malaikat”  aku memang sedikit sombong.
mungkin anggapanmu adalah ,”tak ada malaikat yang sombong”.
tapi ku tepis itu.. biarlah… sekali-kali aku ingin menghadapi kesombonganmu dengan kesombonganku..

Karena kejujuranmu bagiku adalah kebohonganmu atas dunia,
sampai engkau jujur dengan kebohonganmu dan berhenti dari kesombonganmu.

Aku tahu semua ini..
jangan kau tanyakan darimana aku tahu semua itu, karena aku tak akan pernah tulus menjawab
sampai kau benar-benar bertanya. Bertanya dengan jujur. Karena kebohonganmu adalah kepalsuan dan aku sudah muak dengan kepalsuan!! 

Aku di sini. Makhluk setengah binatang yang mengaku malaikat. Yang berpikir mampu hidup sendiri bagai malaikat, tapi nyatanya aku setengah binatang yang anti kesendirian. Aku sudah kau anggap menjadi tabu, menjadi asing dalam penerimaanmu karena eksistensi dari keadaan ini dan kau telah anggap aku melampaui batas-batas normative dan privasimu.. tapi pernahkah aku berlaku demikian? Aku bertanya dengan tegas tapi aku tak butuh jawaban darimu. Pikiranmu telah lebih dulu menghakimiku. aku tahu engkau berpikir keadaanmu adalah manifestasi dari ketabuanku. Engkau terlampau sombong.
katanya rumahmu adalah ruang privasi dirimu, tapi mengapa aku sampai bisa tahu, mungkin sebahagian, isi rumahmu.

aku hampir lupa bertanya, kali ini aku tanyakan dengan tulus walau engkau menganggapnya tabu. Aku bertanya dengan ketulusan karena aku tak ingin lagi kepalsuanku, ”APAKAH engkau sudah tahu arti janji-janji Tuhan yang engkau bissikkan?

Karena sebuah Tanya ini aku pula aku mampu bertanya padamu, bertanya dengan kesungguhan ketulusan tanpa kepalsuan, dan tanpa sedikit pun rasa benci, sombong, dan sesal. Tanya yang membuatku tersenyum menuliskan (entahlah.. aku hanya menulis, menulis apa yang bisa terwakilkan kata) ini.

“Apakah nyanyian laut berakhir di pantai
atau dalam hati-hati mereka yang mendengarnya”? 
(Gibran)

MAKASSAR, JUM’AT 8 FEBRUARI 2013.

2 comments:

  1. maaf mas sy gak tersinggung, cuma bingung, hehehe..
    salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe.. Biarlah bingungmu menjadi istana tempat janji2 matahari bersinar..!!
      Salam kenal kembali...
      :D

      Delete