salam

instagram : @i_d_h_o

Friday, April 25, 2014

#abaikan (yahh... abaikan saja.)



Tak jauh dari hari ini. Hari itu aku masih mengembara seperti air di sungai mengikuti arus kehidupan, keadaan, dan waktu yang terus berjalanan. Aku seperti manusia tanpa mimpi hanya pasrah kemana arus membawaku tanpa berharap hilir mana yang aku ingin jumpai. “biarkan waktu yang menjawab semuanya” anggapan itu tertanam kuat dalam benakku. Aku terus berpikir realistis kepada kehidupan. Namun realistis seperti apa yang aku maksud? Aku tak berani bertanya lebih. 

Kulihat pertama kali. Aku melihat sebuah perahu yang tak lagi mengenal arus. Nahkodanya kadang memandang jauh ke depan, kadang melihat sekeliling perahu, dan kadang menengok ke belakang. Yang tak peduli dengan arus kehidupan. Seakan-akan aliran sungai hanya sebuah batu kerikil  di setiap langkahnya. Ia punya hilir yang ia ingin jumpai. Tak mengikut pada arus sungai. Ia adalah seorang pemimpi yang punya semangat hidup. Dia menjadi dirinya sendiri di arus sebuah sungai. Hidupnya bukan milik kehidupan, bukan milik keadaan, dan bukan milik waktu. Tapi dia tetap memiliki ketiganya.
Hari itu aku memutuskan untuk mencoba mengenalnya. Tak peduli dengan hidupku sendiri. Aku ingin mengenal manusia di luar diriku sendiri. Aku tak ingin terus dikendalikan kehidupan, keadaan, dan waktu. Aku hanya ingin punya mimpi. Sementara ini mungkin harapanku adalah mengenalnya.
Perjumapaan pertama. Aku terus mencoba mengenalnya. Aku mulai mencoba untuk tak hanya mengikuti arus. Ku perhatikan setiap langkahnya. Aku mulai ingin berbagi dengannya walau aku hanya punya sedikit yang bisa aku berikan. Ku temukan diriku akhirnya berbeda. Tak lagi berpikir tentang diri sendiri. Aku mencoba bermimpi. Mencoba melawan arus. Dan tak lagi dikendalikan waktu dan keadaan.
Aku mulai sedikit berani keluar dari diriku yang dulu. Melawan setiap yang tak sejalan dengan mimpiku. Memberontak kepada diri sendiri. Aku tahu aku adalah seorang penakut yang tak berani mengenal sesuatu di luar dari diriku. Aku kini mulai mencintai diriku yang baru. Manusia yang punya mimpi dan tk hanya ikut arus kehidupan. “biarkan waktu yang menjawab semuanya” telah berganti menjadi “biarkan aku yang mencari jawaban atas semuanya”. Aku telah banyak belajar. Aku telah banyak mengenal. Tak lagi diam dan berani membawa diriku ke hilir mana yang ia ingin jumpai.
Suatu hari aku melihatnya telah berubah. Dia yang telah mengajarkanku banyak hal berubah menjadi seseorang yang bukan dirinya. Perjumpaan kami pagi itu mengingatkanku pada diriku yang dulu walau tak sama persis tapi anggapan “biarkan waktu yang menjawab semuanya” telah tertanam di benaknya. Aku melihat diriku yang dulu. Hingga memutuskan mencoba menunjukkan dirinya yang dulu. Mencoba terus memberinya perhatian yang sama seperti dia memberi perhatian padaku. Namun tenyata belum cukup.
*ku tulis atas sebuah dasar pertanyaan,”bagaimana seharusnya kita menjalani hidup ini? Apakah dengan hanya mengikuti arus kehidupan, waktu, dan keadaan? Ataukah menentukan hilir yang ingin kita jumpai?”
Aku tak tahu yang mana yang benar.. “biarkan waktu yang menjawab semuanya” ataukah “biarkan aku yang mencari jawaban atas semuanya”.. mungkin kini aku lupa, ataukah memang tak pernah tahu jawabannya.

No comments:

Post a Comment