Eh,
kini
ia tersenyum
ah,
ia...
Ada
yang malu-malu di sayap angin
Melintasi
cepat di pikiranku
Menutup
peluh yang di wariskan jenuh
Eh..
ia kini tersenyum lagi
ah,
Ia..
Suaranya
bertalu-talu dalam semesta
Mengusik
nakal kepada lelapku
Mengukir
sabda dengan tatapnya
Eh.. masih
saja ia tersenyum
ah,
Ia..
di senja ini
ah,
ah,
ia..
akhirnya
berlalu
masih
saja sama dengan yang terakhir, ia tersenyum
aku
tak mampu menilai senyumnya sampai
ah,
ia..
Tunggu!!,
begitu jiwaku terus berbisik
ia
meninggalkanku dengan senyuman
hanya
denting waktu yang memberi suara
ah,
ia..
di
sudut dunia
bunga
setengah senyum
yang
memenjarakan
di
rentan deretan sedikit waktu
bunga
setengah senyum
telah
pergi
ah,
ia..
tak
mampu ku saksikan pada sejenak
karena
mata yang telah mengia
untuk
menyapa puisi yang telah meng-
ah,
ia..
terlihatkah
kerinduan padaku?
ketika
seluruh bagian tubuh tak mampu berapa-apa
tak
tahu-menahu sedang terjadi apa-apa
dan..
.
ah,
ia..
ini
apa?
hati bersama
senyum yang telah pergi
ah,
ia..
dirinya,
diriku
hidup
bersama raut,
ah,
ia..
bahkan
malaikat bersatu dalam hati bumi kesejukan
pada
bunga-bunga surga
ah,
ia..
dirinya
diriku
ajal
yang menanti dengan pasti
tak
jua menggugah
hati telah
terbunuh
tak
menahu cara berpijak
hanya
senyum
ah,
ia..
hidup
mati
tak mampu
lagi ku bedakan
ah,
ku katakan
sekali lagi..
dan....
Ia..
seingat penulis, tertuliskannya puisi ini bukan untuk
siapa-siapa, bukan karena apa-apa. karena ketika tertulis, penulis tidak dalam
keadaan jatuh cinta, ditinggalkan cinta, apa lagi sedang bercinta.. *ehh.. :D
selesai
tertulis, sudut kamar, Makassar, 29 –maret- 2014 : 09.12 PM.
Dan gambar yang dipasang penulis, mungkin tak ada hubungannya dengan isi puisi namun lebih
mengarah kepada kondisi jiwa penulis saat mencorat-coret.. yahh mungkin dengan dan raut wajah penulis yang seperti itu.. hahaha
Oke siiippp…….
Yang bertanda tangan di bawah ini.
Bo_Dho
(penulis)
No comments:
Post a Comment